PERSAMAAN MAHAYANA TERAVADA
8 PERSAMAAN THERAVADA DAN MAHAYANA
(MENURUT KONGRES SANGHA BUDDHIS SEDUNIA
DI SRI LANGKA, DESEMBER 1966)
1. BUDDHA GOTAMA SEBAGAI GURU SUCI JUNJUNGAN YANG MEMBABARKAN DHAMMA
2. BERLINDUNG KEPADA TIRATANA (BUDDHA, DHAMMA DAN SANGHA)
3. SAMA-SAMA MENGAKUI BAHWA JALAN KEHIDUPAN INI TIDAK MENGIKUTI KEHENDAK
DEWA, KARENA JIKA MENGIKUTI KEHENDAK DEWA, MAKA PERBUATAN BAIK DAN BURUK
TIDAK ADA ARTINYA LAGI
4. MENGAKUI AJARAN EMPAT KEBENARAN MULIA
(MENURUT KONGRES SANGHA BUDDHIS SEDUNIA
DI SRI LANGKA, DESEMBER 1966)
1. BUDDHA GOTAMA SEBAGAI GURU SUCI JUNJUNGAN YANG MEMBABARKAN DHAMMA
2. BERLINDUNG KEPADA TIRATANA (BUDDHA, DHAMMA DAN SANGHA)
3. SAMA-SAMA MENGAKUI BAHWA JALAN KEHIDUPAN INI TIDAK MENGIKUTI KEHENDAK
DEWA, KARENA JIKA MENGIKUTI KEHENDAK DEWA, MAKA PERBUATAN BAIK DAN BURUK
TIDAK ADA ARTINYA LAGI
4. MENGAKUI AJARAN EMPAT KEBENARAN MULIA
5. MENGAKUI AJARAN PATICCA SAMUPPADA
6. MENGAKUI AJARAN TILAKKHANA
7. MENGAKUI TERDAPAT 3 JALAN MEREALISASI KESEMPURNAAN SESUAI KEMAMPUAN
INDIVIDU, YAITU:
* SEBAGAI SAVAKA BUDDHA
* SEBAGAI PACCEKA BUDDHA
* SEBAGAI SAMMASAM BUDDHA
8. MENGAKUI 37 FAKTOR YANG DAPAT MEMBAWA KE KEBAHAGIAAN KEKAL
(BODHIPAKKHIYA DHAMMA):
* SATIPATTHANA 4
* SAMMAPPADHANA 4
* IDDHIPADA 4
* INDRIYA 5
* BALA 5
* BOJJHANGA 7
* ARIYA MAGGA 8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Aliran
Mahayana
Sebelum
muncul aliran Mahayana dan Hinayana, agama Buddha terpecah menjadi dua yaitu
golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika. yang mana masing-masing
meliputi berbagai aliran yang berdekatan. Pecahnya aliran ini di karenakan
adanya perbedaan faham dan tafsiran antara kedua golongan tersebut(Soekmono
2002:24).
Mahayana merupakan
Aliran Buddha yang memperkenalkan unsur mistik dan kemungkinan semua orang
dapat menikmati nirvana yang utuh(Gillian, 2000:5).
Penganut
aliran Mahayana mengembangkan sebuah anggapan bahwa ajaran mereka lebih meluas,
superior dan memiliki doktrin yang lebih tinggi dari pada Hinayan. Doktrin
terbaru menempatkan Buddha sebagai pusat dan pencipta ajaran Buddha dengan
pemahaman yang lebih meluas terhadap Buddha(Simkins dkk, 2000:29)
Seorang raja
yang yang terkenal sebagai pelindung Buddha adalah Kaniska( abad peretengahan
tarikh masehi) dari Agama Buddha terpecah menjadi dua yaitu golongan
Sthawirawada dan golongan Mahasangghika keluarga Kusana suku bangsa caka yang
memerintah di daerah Punjab. Dibawah pimpinannya telah dilangsungkanya Muktamar
di Jalandara, tetapi yang berkumpul hanyalah mereka dari golongan
Mahasangghika(Soekmono 2002:25).
Perbedaan
antara golongan golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika yang sudah
sedemikian lebar, sehingga masing-masing telah menempuh jalan sendiri dan
mengalami perkembangan sendiri pula.Dalam abad ke2 Masehi tampillah Nagarjuna
yang berhasil membulatkan aliran-aliran Mahasangghika, sehingga kini menjadi
bentuk baru yang memakai nama Mahayana sebagai lawan yang tegas dari golongan
Sthawirawada yang mereka sebut Hinayana(Soekmono 2002:25).
Mahayana
terdiri dari dua kata yakni maha (besar) dan yana (kendaraan), jadi secara
etimologis berarti kendaraan besar. Ide maha merujuk pada tujuan religius
seorang buddhis yaitu menjadi Bodhisatva Samasamboddhi (Buddha sempurna).
Mahayana (berasal dari bahasa Sansekerta: , mahãyãna yang secara harafiah
berarti 'Kendaraan Besar') adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan
merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang
dilahirkan di India.
Bagi
pengikut Mahayana diyakini, bahwa setiap umat Budha hanya dapat mecapai Nirwana
kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah mendahului mereka dan lelah
menempati kedudukan baik di nirwana tersebut(Abu Su'ud 2006:57).
Sutra
Teratai merupakan rujukan sampingan penganut Buddha aliran Mahayana. Tokoh Kwan
Im yang bermaksud "maha mendengar" atau nama Sansekertanya
"Avalokite0vara" merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah
menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran.
Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut
sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha, akan tetapi
setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan-lahan berubah
menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada di Tiongkok
sebagai seorang dewi.
Penyembahan
kepada Amitabha Buddha (Amitayus) merupakan salah satu aliran utama Buddha
Mahayana. Sorga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati
selepas mereka meninggal dunia dengan berkat kebaktian mereka terhadap Buddha
Amitabha dimana mereka tidak perlu lagi mengalami proses reinkarnasi dan dari
sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.
Mereka
mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat Buddha
Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha akan memimpin mereka ke
tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan dimana kejahilan, kebencian dan
ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai
oleh orang Tionghoa.
Seorang
Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua
Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada
kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan
kepada pengamalnya.
Menurut
Buddha Gautama , kenikmatan Kesadaran Nirwana yang dicapainya di bawah pohon
Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai manusia.
Menekankan konsep ini, aliran Buddha Mahayana khususnya merujuk kepada banyak
Buddha dan juga bodhisattva (makhluk yang tekad "committed" pada
Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain
pada jalan itu).
2.
Penyebaran aliran Mahayana antara abad pertama - abad ke-10 Masehi. Dari saat
itu dan dalam kurun waktu beberapa abad, Mahayana berkembang dan menyebar ke
arah timur. Dari India ke Asia Tenggara, lalu juga ke utara ke Asia Tengah,
Tiongkok, Korea, dan akhirnya Jepang pada tahun 538.
2. 2. Aliran
Hinayana
Kata
Hinayana bukanlah berasal dari bahasa Tibet, bukan berasal dari bahasa China,
Inggris ataupun Bantu, tetapi berasal dari bahasa Pali dan Sanskerta. Oleh
karena itu, satu-satunya pendekatan yang masuk akal untuk menemukan arti dari
kata tersebut, adalah mempelajari bagaimana kata hiinayaana digunakan dalam
teks Pali dan Sanskerta.
Hinayana
terdiri dari hina (kecil) dan yana sering disebut sebagai kendaraan kecil
karena bertujuan menjadi arahat maupun paccekabuddha yang dianggap lebih rendah
(inferior). Istilah Hinayana sendiri sebenarnya merupakan istilah yang
diberikan oleh kaum Mahayana. pengikut aliran Hinayana tersebar mulai dari
Srilanka, Burma , Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos.
Tradisi yang
berkembang selama berabad-abad telah mengubah praktek sempit aliran Hinayana
yang pada awalnya hanya di tujukan untuk bikhu. Hinayana menjadi aliran yang
besar dengan di kenal ditenggah masyarakat. Para bikhuni terus menekuni ajaran
guna mencapai tingkat arhat. namun metode baru berkembang untuk perumah tangga
(umat awam) dalam mempraktikkan ajaran Agama Budha, meskipun mereka tinggal
bersama keluarga, memiliki harta dan mengejar karir. Aliran hinayana
mengajarkan kepada pengikutnya untuk hidup sesuai ajaran, puas dengan pa ayang
diperoleh, dan hidup bahagia dengan janji bahwa mereka akan terlahir kembali di
alam yang menyenangkan dalam kehidupan serlanjudnya(Simkins dkk, 2000:24).
3.
persebaran aliran Hinayana
Bagi aliran
Hinayana beranggapan bahwa keberhasilan umat Buddha dalam mencapai nirwana
hanya dengan usaha sendiri, tanpa bantuan dari pihak luar manapun. Aliran
Hinayana di pandang lebih mendekati ajaran Buddha yang asli, karena tidak
mengenal dewa-dewa penolong yang akan membantu setiap umat dalam mencapai
nirwana(Abu Su'ud 1988:104)
2. 3.
Persamaan dan perbedaan antara Mahayana dan Hinayana
2.3.1
Persamaan antara hinayana dan Mahayana:
- Mengakui Buddha Sakyamuni sebagai guru agung yang telah tercerahkan.
- Bersumber pada kitab Suci Tipitaka (Pali=Hinayana) atau Tripitaka (Sanskrit=Mahayana).
- Mengakui bahwa keberadaan suatu individu adalah penderitaan dan menginginkan terbebas dari penderitaan ini.
- Kebebasan hanya tercapai jika telah melenyapkan Lobha/raga, dosa/dvesa dan Moha.
- Mengakui hukum karma/kamma yaitu hukum perbuatan siapa yang berbuat dia yang akan menerima buah akibatnya. Percaya pada kelahiran kembali yang sangat dekat dengan hokum karma yaitu ia yang berbuat baik akan terlahir di alam yang bahagia demikian sebaliknya.
- Mengakui adanya hukum sebab-musabab yang saling bergantungnan meski menurut TH.Stcherbatsky, Ph.D mereka mempunyai interpretasi masing-masing tetapi dalam hal ini mereka mengakui bahwa segala sesuatu adalah bergantungan (Paticcasamuppada/pratityasamutpada).
- Mengakui Empat Kesunyataan Mulia sebagai doktrin Buddha yang benar dan mulia.
- Mengakui anicca/ksanika, dukkha/santana, dan anatta/anatmakam.
- mengakui 37 Bodhipaksyadhamma/Bodhipakiyadhamma
- Mengakui bahwa dunia ini tiada permulaan atau awal begitu pula akhirnya. 2.3.2 Perbedaan antara Hinayana dan Mahayana:
Perbedaan
terpenting antara Mahayana dan Hinayana berpokok kepada: 1. Keanggautaan
Sanggha; 2. Cita-cita dan tujuan terakhir; 3. pantheon (masyarakat dewa).
Mengenai
keanggautaan Sanggha, Mahayana berpendirian bahwa seluruh umat pemeluk agama
Buddha termasuk Sanggha (maka itu dahulu bernama Mahasangghika), jadi tidak
hanya para biksu/biksuni saja. Bukankah nirwana itu terbuka untuk setiap orang?
perbedaanya hanyalah pada jalan yang ditempuh. Bagi pendeta, jalan itu lebih
pendek dan lebih nyata, dari pada pemeluk biasa(Soekmono2002:25).
Berhubungan
dengan hal tersebut, maka tujuan terakhir Mahayana bukanlah lagi mengejar
tingkat Arhat untuk masuk Nirwana, melainkan uintuk lebih tinggi lagi, ialah
menjadi Budha (maka Mahayana disebut pula Buddhayana, sedangkan Hinayana
disebut Nirwanayana). Cita-citanya bukanlah untuk mengecap kenikmatan bagi
dirinya sendiri, melainkan untuk mengajak dan membimbing orang lain memperoleh
kenikmatan itu, yang pokoknya mentiadakan diri sendiri(Soekmono 2002:25).
perbedaan
ke-3 mengenai soal pantheon, kalau dalam Hinayana para Buddha memang sudah di
puja seperti dewa, maka dalam Mahayana jumlah itu sangat diperbanyak, bahkan
ditambah lagi dengan mereka-mereka yang sudah menjadi calon Buddha (yaitu para
Bodhisattwa). Para Buddha dan Bodhisattwa itu di bagi lagi menjadi Dhiyani
Buddha/Dhiyani Bodhisattwa yang adanya dilangit, dan ManusiBuddha/
Manusi-Bodhisattwa yang turun di dunia manusia ini dan langsung membimbing umat
manusia(Soekmono 2002:25-26).
Perbedaan
lain anrata Mahayana dan Hinayana adalah sebagai berikut:
- Dalam memandang kenyataan dunia hinayana menggunakan realisme psikologis, sedangkan Mahayana adalah idealis, implikasinya hinayana memandang penderitaan di dunia ini adalah sebuah kesunyataan sedang Mahayana menganggap hal ini sebagai sebuah ilusi.
- Hinayana menolak adanya keberadaan yang sejati di dalam fenomena dan menolak pernyataan-pernyataan metafisika, Mahayana mnegajarkan Kemutlakan yang abadi (eternal absolute).
- Mahayana menganggap Buddha Gotama adalah guru yang merupakan manifestasi dari proyeksi yang absolut, sedangkan dalam Theravada/Hinayana beliau dianggap sebagai manusia normal yang mempunyai kekuatan lebih. Mahayana memandang Buddha adalah transenden, mutlak, dan dipuja sangat tinggi dalam Hinayana Buddha dipuja layaknya seorang guru yang membimbing ke kesucian tidak dilebih-lebihkan.
- Nibbana hanya dapat dicapai oleh usaha sendiri. Mahayana percaya bahwa nibbana dapat tercapai melalui bantuan orang luar.
- Menurut Mahayana jasa dapat ditransfer (punya parinamana) kepada orang lain, sedang hinayana tidak menyetujuinya hanya dapat menginspirasi mahkluk lain (punya anumodana).
- Menurut Hinayana Nibbana adalah tujuan tertinggi dari seseorang sedangkan Mahayana memandang kehidupan sebagai Bodhisatva adalah tujuan yang yang harus dilalui sebelum mencapai Kebuddhaan.
- Nibbana adalah kebebasan terakhir dari penderitaan sedang dalam Mahayana hal ini dimengerti sebagai kesadaran akan sesuatu yang absolut. Menurut Mahayana seseorang sudah mempunyai kehidupan kebudhaan dan secara sungguh-sungguh menyadari akan hal ini.
- Hinayana bersifat rasionalistik sedangkan Mahayana bersifat ghaib. Misalnya dalam memandang mantra Mahayana mengakui adanya hal mistis dalam mantra-mantra tetapi hinayana memandang bahwa hal itu didukung oleh banyak factor misal keyakinan, kamma, dan kebersihan bathin sehingga mantra atau paritta akan mempunyai sifat mistik.
- Dalam hal bodhisatva Mahayana mengakui bahwa Bodhisatva telah mencapai penerangan sempurna seperti Avalokitesvara Bodhisatva, dalam Hinayana Bodhisatva adalah mahkluk calon Buddha yang masih menyempurnakan paramita untuk meraih penerangan sempurna.
- Dalam Hinayana mahkluk suci ada empat macam tingkatan yaitu Sottapana, Sakadagami, Anagami, Arahat. Dalam Mahayana mahkluk suci selain empat tersebut yakni Srotapana, Sakadagamin, Anagamin, Arhat juga terdapat sepuluh tingkat kesucian yaitu Dasabhumi yaitu Pramudita, Vimala, prabhakari, Archismati, Sudurjaya, Abhimukti, Durangama, Acala, Sadhumati, Dharmamegha.
- Do`a dan ritual dalam Mahayana menjadi aspek yang dipentingkan karena dapat membimbing kepada pencerahan. Berbeda dengan Hinayana yang tidak terlalu mementingkan do`a dan ritual bahkan melekat pada ritual dan do1a akan terjerumus dalam penderitaan (Silabataparamamsa)
- Pencapaian kesucian dalam Hinayana adalah dengan melenyapkan rintangan kekotoran bathin (Kilesaavarana) sedangkan dalam Mahayana pencapaian kesucian adalah dengan melenyapkan rintangan kekotoran bathin (Klesavarana) dan rintangan pengetahuan (Jneyaavarana)
- Paramita (kesempurnaan) untuk mencapai sammasambuddha dalam Hinayana berjumlah sepuluh (dasa paramita) yaitu Dana, Sila, Nekhama, Panna, Viriya, Khanti, Sacca, Adhithana, Metta, Upekha. Dalam Mahayana paramita yang ditekankan adalah enam paramita (Sad Paramita) yaitu Dana, Cila, Ksanti, Virya, Dhyana, Prajna. Kadang-kadang menjadi dasa paramita ditambah dengan Upaya-Kausalya, Pranidhana, Bala, Jnana. Penekanan pelaksanaan paramita Mahayana berdasarkan atas Karuna dan Prajna.
- Kilesa menurut Hinayana ada sepuluh yaitu Lobha, Dosa, Mana, Dithi, Vicchikicha, Thinamidha, uddhacca, Ahirika, dan Anotappa. Menurut Mahayana ada enam yaitu Raga, Pratigha, Mana, Avidya, Kudrasti, Vicikitsa.
BAB III
PENUTUP Kesimpulan
Sebelum
muncul aliran Mahayana dan Hinayana agama Buddha terpecah menjadi dua yaitu
golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika. Seorang raja yang yang
terkenal sebagai pelindung Buddha adalah Kaniska ingin menyatukan Buddha dengan
dilangsungkanya Muktamar di Jalandara, tetapi yang berkumpul hanyalah mereka
dari golongan Mahasangghika.
Dengan tidak
datangnya golongan Sthawiwarada memperlihatkan Perbedaan antara golongan
golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika yang sudah sedemikian lebar,
sehingga masing-masing telah menempuh jalan sendiri dan mengalami perkembangan
sendiri pula. aliran Mahasangghika, sehingga kini menjadi bentuk baru yang
memakai nama Mahayana sebagai lawan yang tegas dari golongan Sthawirawada yang
mereka sebut Hinayana.
Bagi
pengikut Mahayana diyakini, bahwa setiap umat Budha hanya dapat mecapai Nirwana
kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah mendahului mereka dan lelah
menempati kedudukan baik di nirwana tersebut. Sedangkan Hinayana, bagi aliran
Hinayana beranggapan bahwa keberhasilan umat Buddha dalam mencapai nirwana
hanya dengan usaha sendiri, tanpa bantuan dari pihak luar manapun.
Dalam
pelaksanaan antara Mahayana dan Hinayana terdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaannya yaitu mengakui bahwa Buddha adalah tuhan mereka dan Bersumber pada
kitab Suci Tipitaka. Sedangkan perbedaannya 1. Keanggautaan Sanggha; 2.
Cita-cita dan tujuan terakhir; 3. pantheon (masyarakat dewa).
Buddha
Theravada
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Buddha Theravada Aliran Theravada adalah aliran
yang memiliki sekolah Buddha tertua yang tinggal sampai saat ini, dan untuk
berapa abad mendominasi Sri Langka dan wilayah Asia Tenggara (sebagian dari
Tiongkok bagian barat daya, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Indonesia dan
Thailand) dan juga sebagian Vietnam. Selain itu populer pula di Singapura dan
Australia.
Gramatika
Theravada berasal dari bahasa Pali yang terdiri dari dua kata yaitu thera dan
vada. Thera berarti sesepuh khususnya sesepuh terdahulu , dan vada berarti
perkataan atau ajaran. Jadi Theravada berarti Ajaran Para Sesepuh.
Istilah
Theravada muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam Dipavamsa,
catatan awal sejarah Sri Lanka pada abad ke-4 Masehi. Istilah ini juga tercatat
dalam Mahavamsa, sebuah catatan sejarah penting yang berasal dari abad ke-5 Di
yakini Theravada merupakan wujud lain dari salah satu aliran agama Buddha
terdahulu yaitu Sthaviravada (Bahasa Sanskerta: Ajaran Para Sesepuh) , sebuah
aliran agama Buddha awal yang terbentuk pada Sidang Agung Sangha ke-2 (443 SM).
Dan juga merupakan wujud dari aliran Vibhajjavada yang berarti Ajaran Analisis
(Doctrine of Analysis) atau Agama Akal Budi (Religion of Reason).
Sejarah
Sejarah Theravada tidak lepas dari sejarah Buddha Gotama sebagai pendiri agama
Buddha. Setelah Sang Buddha parinibbana (543 SM), tiga bulan kemudian diadakan
Sidang Agung Sangha (Sangha Samaya).
Diadakan
pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan
Dipimpin oleh Y.A. Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang
semuanya Arahat. Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha. Sponsor
sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu. Tujuan Sidang adalah menghimpun Ajaran
Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang
berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang Dhamma dan Vinaya agar
Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A.
Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma.
Sidang Agung
Sangha ke-2, pada tahun 443 SM , dimana awal Buddhisme mulai terbagi menjadi 2.
Di satu sisi kelompok yang ingin perubahan beberapa peraturan minor dalam
Vinaya, disisi lain kelompok yang mempertahankan Vinaya apa adanya. Kelompok
yang ingin perubahan Vinaya memisahkan diri dan dikenal dengan Mahasanghika
yang merupakan cikal bakal Mahayana. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya
disebut Sthaviravada.
Sidang Agung
Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok Sthaviravada.
Sidang ini memutuskan untuk tidak merubah Vinaya, dan Moggaliputta Tissa
sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku Kathavatthu yang berisi
penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula Abhidhamma dimasukkan.
Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang.
Kemudian
Y.M. Mahinda (putra Raja Asoka) membawa Tipitaka ini ke Sri Lanka tanpa ada
yang hilang sampai sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana
ajaran ini dikenal sebagai Theravada.
Kitab Suci
Kitab Suci yang dipergunakan dalam agama Buddha Theravada adalah Kitab Suci
Tipitaka yang dikenal sebagai Kanon Pali (Pali Canon). Kitab suci Agama Buddha
yang paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali, yang
terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai "pitakaº atau
"keranjangº) yaitu: Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka.
Karena terdiri dari tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha
dinamakan Tipitaka (Pali). Ajaran Ajaran dasar dikenal sebagai Empat Kebenaran
Arya, meliputi:
Dukkha Ariya
Sacca (Kebenaran Arya tentang Dukkha), Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran
Ariya tentang Asal Mula Dukkha), Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya
tentang Terhentinya Dukkha), Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya
tentang Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha).
Secara umum
sama dengan aliran agama Buddha lainnya, Theravada mengajarkan mengenai
pembebasan akan dukkha (penderitaan) yang ditempuh dengan menjalankan sila
(kemoralan), samadhi (konsentrasi) dan panna (kebijaksanaan).
Agama Buddha
Theravada hanya mengakui Buddha Gotama sebagai Buddha sejarah yang hidup pada
masa sekarang. Meskipun demikian Theravada mengakui pernah ada dan akan muncul
Buddha-Buddha lainnya.
Dalam Theravada
terdapat 2 jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai Pencerahan Sempurna yaitu
Jalan Arahat (Arahatship) dan Jalan Kebuddhaan (Buddhahood).
Waisak
Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa.
Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari
pencapaian Pencerahan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha mangkat
mencapai Nibbana/Nirwana.
Tempat
ibadah agama Buddha disebut vihara
0 komentar:
Posting Komentar