RINGKASAN
SUTTA
Diggha Nikaya adalah kumpulan
khotbah panjang sang Buddha yang terdiri dari 34 sutta, dibagi menjadi 3 vagga,
(a) silakhanda vagga bagian moralitas yang terdiri dari 13 sutta (b) Maha vagga
bagian besar yang terdiri dari 10 sutta dan (c) Pathika vagga bagian yang
diawali dengan khotbah pathika dan pertapa telanjang terdiri dari 11 Sutta.
A.
Silakhanda Vagga
1.
Brahmajala Sutta
Dibabarkan: Sang Buddha kepada para bhikkhu di
ambalatikka, Rajagaha
Latar belakang: perbincangan antara Suppiya Paribbajaka
(menjelek-jelekan Sang Tiratana) dengan muridnya Brahmadatta (memuji-muji Sang
Tiratana).
Intinya:
a.
Sang Buddha mengatakan bila
seseorang menghina Tri Ratna janganlah kamu membenci, dendam atau memusuhinya,
karena akan menghalangi pembebasan diri tetapi harus menyatakan apa adanya
b.
Bila seseorang memuji Tri Ratna janganlah kamu bangga,
gembira dan bersuka cita, karena akan menghalangi pembebasan diri tetapi harus
menyatakan apa adanya
c.
Sang Buddha menguraikan tentang cula sila, majjhima sila,
dan maha sila
d.
Sang Buddha menjelaskan tentang 62 pandangan salah yang
banyak dianut oleh orang di dunia, yaitu:
1.
18 pandangan masa lampau
a)
4 pandangan eternalis yaitu atta dan loka adalah kekal
(Sasatta ditthi)
b)
4 pandangan semi eternalis yaitu atta dan loka sebagian kekal
dan sebagian tidak kekal (Ekaccha Sasatha Ditthi)
c)
4 pandangan ekstensionis yaitu pandangan yang menyatakan
bahwa atta dan loka terbatas dan tidak terbatas (antananta ditthi)
d)
4 pandangan yang berbelit-belit yaitu pandangan yang
menjawab pertanyaan secara berbelit-belit, membingungkan (amaravikkhepika
vada).
e)
2 pandangan tentang asal mula segala sesuatu terjadi
secara kebetulan (addicchasamupana vada).
2.
44 pandangan yang
berkaitan dengan masa yang akan datang
a)
16 pandangan setelah meninggal atta kesadaran tetap ada
(uddhamagathanika sannavada)
b)
8 pandangan
setelah meninggal atta tanpa ada kesadaran (uddhamagathanika asanivada)
c)
8 pandangan setelah meninggal atta ada kesadaran dan
tidak ada kesadaran (uddhamaghatanika nevasanninasannivada)
d)
anihilasi: 7 pandangan yang menyatakan bahwa
pandangan/kesadaran itu hancur, lenyap, binasa (ucchedavada)
e)
5 pandangan tentang pencapaian kebahagiaan mutlak dalam
kehidupan sekarang (ditthidhamma nibbanna vada)
Ada
empat jenis tumimbal lahir, yaitu:
1.
jalabuja yoni: melalui kandungan
2.
andaja yoni: melalui telur
3.
sansedaja yoni: melalui kelambanan
4.
oppapatika yoni: secara spontan
Pada akhir uraian para bhikkhu
menanyakan tentang khotbah ini dan sang Buddha menjawab dapat dinamakan
Atthaja, Dhammajala, Brahmajala, Ditthijala, atau Sangama vijano.
2.
Samanna Phala
Sutta
Dibabarkan: Sang Buddha kepada raja ajatasathu di hutan
(ambavana) milik jivaka komarabaccha di rajagaha
Latar belakang: pertanyaan raja ajatasathu tentang faedah
yang nyata dari kehidupan seorang samana
Intinya: sang Buddha menjelaskan pahala seorang samana
pada masa sekarang ini, yaitu:
a.
ia memiliki sila yang sempurna
b.
memiliki pengendalian terhadap
indera
c.
memiliki perhatian murni dan
perhatian jelas
d.
mempunyai kepuasan terhadap empat kebutuhan pokok
e.
mempunyai pikiran yang bebas dari nafsu keinginan
f. memperoleh/mencapai
jhana
g.
mempunyai pengetahuan tinggi (vijja)
raja
ajatasatthu menceritakan beberapa pendapat pertapa yang lain , yaitu:
a.
purana kassapa
Ia menerangkan teori Akiriyavadda (tiada perbuatan) dalam
perbuatan dana, mengendalikan diri, menjaga indera-indera dan berbicara benar,
tiada suatu tindakan dari perbuatan itu, atau dengan kata lain tiada penambahan
kebajikan
b.
Makkhali Gosala
Ia menerangkan teori tentang samvara suddhi (penyucian
melalui proses samvara). Bahwa seseorang yang mengembara dalam samvara pada
akhirnya akan terbebas dari penderitaan selama batas waktu tertentu. Ia juga
menerangkan bahwa tidak ada sebab ataupun dasar dari adanya makhluk-makhluk.
c.
ajita kesakambala
Ia menerangkan teori ucchedavada (pemusnahan). Hal ini
diterangkan bahwa ornagn bodoh dan bijaksana adalah sama, setelah mati mereka
akan hancur, musnah dan selanjutnya tidak ada kelahiran kembali, tidak ada yang
dinamakan sedekah, pengorbanan/persembahan, dunia ini, dunia sana, ayah, ibu,
kelahiran mellaui rahim, orang tua dan tiada pertapa yang mencapai
kesempurnaan.
d.
pakuddha paccayana
Ia menerangkan suatu pendapat yang sama sekali menyimpang
dari persoalan itu. Bahwa tujuh kelompok dasar tidak dibuat, diciptakan, tidak menghasilkan,
tidak bergerak, tidak berkembang, tidak menyebabkan keenakan, kesakitan maupun
keduanya. Ketujuh kelompok dasar itu adalah tanah, air, api, udara, kenikmatan,
kesakitan dengan factor kehidupan sebagai yang ketujuh.
e.
Nigantha Nataputta
Ia menerangkan teori pengendalian diri/Catuyama samvara,
yaitu:
1. seorang nigantha
hidup mengendalikan diri dari semua air-bebas dari iaktan/penderitaan
(nigantha)
2. seorang nigantha
menggunakan air, seseorang yang batinnya telah berada dalam pencapaian tujuan
(Gatthato)
3. seorang nigantha
menyingkirkan semua air, orang yang batinnya telah terkendali (Yatthato)
4.
seorang Nigantha melumuri semua air, orang yang batinnya terpusat (Thitato)
f. sanjaya belathaputta
ia menerangkan pandangannya yang
berbelit-belit tentang apakah ada/tiak/bukan ada dan bukan tidak ada
dunia lain, makhluk opapatika, dari hasil perbuatan baik dan buruk, setelah
meninggal adanya kehidupan atau tidak.
Pengetahuan tinggi terdiri dari:
1. pubbenivasas
nusatinana: kemampuan melihat tumimbal lahir berulang-ulang
2. vippasana-nana:
kemampuan/pengetahuan tentang hakikat kehidupan ini
3. manomaya-iddhi:
kekuatan menciptakan pikirannya untuk kepentingan sendiri
4. Dibba-cakkhu:
kemmapuan untuk melihat alam lain dan melihat muncul lenyapnya makhluk-makhluk
5. Dibbasota:
kemampuan untuk mendengarkan semua makhluk dari alam lain
6. iddhividdhi:
kesakitan yang masih bersifat duniawi
7.
ccetto-pariyannana: kemampuan untuk membaca pikiran orang lain
8. asavakayanana:
kemampuan untuk menghancurkan kekotoran batin
raja ajatasathu
meninggal tempat dan tidak memiliki Mata Dhamma (Dhamma-Cakkhu) karena telah
membunuh ayah sendiri hanya merasa amat terpengaruh dan hatinya tersentuh.
3. Ambattha Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha kepada brahmana ambattha di hutan icchanankhala
Berkenaan:
ambattha diperintahkan brahmana pokharasadi (gurunya) untuk menyelidiki ke-32
tanda sang Buddha, apakah sesuai atau tidak.
Intinya:
a.
Menelusuri garis keturunan dari
ambattha yang berasal dari Kanhayana, dijelaskan bahwa nenek moyang dari
ambattha adalah suku kanhayana yang apda waktu itu merupakan pelayan dari raja
okkaka dan menikah dengan putrid dari raja okkaka yang bernama kudarupi dan
tidak lain adalah nenek moyang dari suku sakya.
b.
Adanya empat kasta yang berlaku pada masa itu dan seperti
yang dikatakan oleh ambattha kepada sang Buddha dengan kata-kata sebagai
berikut “Gotama, ada empat kasta (Vanna) yaitu: khattiya, brahmana, vessa, dan
suddha dan diantara keempat kasta ini, gotama, tiga kasta yaitu katiya, vessa
dan suddha sesungguhnya adalah eplayan dari kaum brahmana. Dari kata-kata ini
jelaslah bahwa kaum brahmana dianggap sebagai kaum yang paling terhormat dalam
system kemasyarakatan pra buddhis atau kemasyarakatan kaum brahmana.
c.
Menanggapi pernyataan ini kemudian oleh sang Buddha
dijelaskan bahwa orang akan mencapai kesempurnaan tidak ada hubungannya dengan
kelahiran, keturunan, perkawinan dan kepahaman, tetapi dari kesempurnaan
pengetahuan dan kesucian tingkah laku, selain itu sang Buddha juga menjelaskan
tentang kesempurnaan sila, penjagaan pada pintu indria. Merasa puas dengan ke 4
kebutuhan pokok seorang samana (sadhara santhuti), panca nivarana dan dhamma
secara berurutan serta dhamma yang hanya diperoleh oleh seorang Buddha.
d.
Panca nivarana: kammachanda, Byapada, Thina-middha,
Udhaca-kukucha, vichikicca.
Pada kahir
pokkarasadi memuji sang Buddha dan menyatakan perlindungan kepada tri ratna
beserta keluarganya.
4. Sonadanda Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha kepada brahmana sonadanda ketika berada di danau ganggara di campa
negeri anga
Berkenaan:
pertanyaan sonadanda tentang sifat apa yang saja yang dimiliki seseorang agar
dapat diakui sebagai brahmana
Inti:
a.
Sang Buddha menjelaskan syarat-syarat seseorang dapat di
akui sebagai brahmana
b.
Menjelaskan 3 kategori moralitas (cula sila, majjhima
sila, dan maha sila)
c.
Pencapaian 4 jhana serta kecakapan 8 jenis pengetahuan
yang lebih tinggi, yaitu:
Vipasananana: pandangan
terang
manomaya iddhi: menciptakan dengan kekuatan pikiran
iddhividdhi:
perbuatan-perbuatan jasmani
dibbasota: telinga dewa
cetopariyanana: membaca
pikiran
pubbenivasanusatinana:
mengingat kehidupan lampau
dibbacakkhu: mata dewa
asavakayanana: penghancuran
kekotoran bati
5. Kutadanda Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha kepada brahmana kutadanda di mangga di kerajaan magadha
Berkenaan:
pertanyaan brahmana kutadanta tentang upacara pengorbanan
Intinya:
Sang Buddha
memberikan wejangan tentang upacara pengorbanan yang mudah dilaksanakan serta
menghasilkan pahala yang besar dan kemajuan yang lebih baik, yaitu:
a.
melakukan dana secara terus-menerus kepada samana yang
melaksanakan sila
b.
membangun tempat-tempat suci atau
vihara
c.
berlindung kepada sang tiratana
d.
dana yang dilakukan dengan melaksanakan sila
e.
melaksanakan meditasi sehingga mencapai jhana-jhana I,
II, III, dan IV serta menaklukkan sepuluh belenggu-belenggu batin (dasa
samyojana).
Pada akhir
khotbah brahmana kutadanda berlindung kepada tri ratna serta mencapai tingkat
sotapana.
6. Mahali Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha mahali otthaddha penguasa Licchavi ketika berada di kutagara sala,
mahavana, vesali
Latar belakang:
berkenaan dengan para wakil brahmana dari kosala dan magadha yang mengunjungi sang
Buddha dan mengulang kembali pernyataan sunnakatha licchavi putta “walaupun
hanya 3 tahun saya dibimbing sang Buddha dengan melihat makhluk-makhluk surga,
menyenangkan, memuakan keinginan, mempesona tetapi saya tidak dapat mendengar
suara surgawi dari makhluk-mkhluk tersebut.
Inti:
a.
Sang Buddha menjelaskan secac
sunnakatha tidak dapat mendengarkan suara karena dalam meditasinya dia hanya
mengembangkan satu cara tertentu (ekasambhavito) dengan objek melihat
makhluk-makhluk surgawi pada satu arah tertentu
b.
Bila seseorang melaksanakan meditasi dengan objek
berpasanagn melaihat dan mendengar pada salah satu arah maka ia dapat melihat
makhluk surgawi dan mendengar suara-suara surgawi
c.
Ada hal yang lebih tinggi dan mulia yang dilaksanakan para bhikkhu:
seorang bhikkhu yang mampu melenyapkan samyojana
dan mencapai tingkat-tingkat kesucian
seorang yang mampu merealisasikan jalan berunsur
delapan (athangika magga)
seorang yang meninggalkan keduniawian dan
mengendalikan diri sesuai patimokkha
seorang bhikkhu yang dapat melihat bahaya dalam
kesalahan-kesalahan yang paling kecil sekalipun
seorang bhikkhu yang menyempurnakan perbuatan dan
ucapannya
seorang bhikkhu yang terjaga pitu-pitu inderanya
seorang bhikkhu yang mempunyai perhatian murni
dan pengertian jelas
seorang bhikkhu yang merasa puas
d.
Seorang bhiikhu
yang mempunyai sila sempurna:
menahan diri dari pembunuhan
menjauhi dusta, bicara kasar, dusta, fitnah…
menahan diri tidak merusak benih-benih dan
tumbuh-tumbuhan
menahan diri untuk tidak ikut dalam pertunjukkan
(permainan acrobat, adu banteng, pertandingan tinju, gulat)
menahan diri untuk tidak terikat dengan aneka
permainan (permainan catur dengan papan berpetak, permainan lempar dadu,
menebak pikiran teman bermain)
menahan diri untuk tidak menggunkan aneka macam
tempat tidur yang besar dan mewah (seprai dari wol, seprei dengan sulaman
permata, sutra, selimut kulit kijang yang dijahit, dll)
menahan diri dari pemakaian perhiasan dan
alat-alat untuk memperindah diri (pemerah pipi, kalung, bedak wangi, dll)
menahan diri dari percakapan-percakapan yang
rendah (percakapan tentag hantu-hantu jaman dulu, perccakapan tentang wanita,
percakapan tentang wangi-wangian, dll)
menahan diri dari tindakan-tindakan peniluan (meramal
tanda-tanda untuk memperoleh keuntungan)
menahan diri dari mencari penghidupan dengan
cara-cara yang salah melalui ilmu-ilmu rendah (meramal dengan melihat guratan
tangan, meramal dengan membaca alamat, meramal dengan membaca tanda mimpi, dll)
e.
Sang Buddha menjelaskan apabila seorang bhikkhu dapat
melaksanakan latihan secraa bertahap akan memperoleh:
Jhana I
Jhana II
Jhana III
Jhana IV
Iddhi viddha
Dibbsota
Dibbacakkhu
Pubbenivasanusatinana
Asavakayanana
7. Jaliya Sutta
dibabarkan:
sang Buddha kepada petapa pengembara Mandissa/Mundiya dan pertapa hidup dari
Patta Jaliya saat berada di ghositarama, Kosambi
berkenaan:
pertanyaan apakah jiwa sama ddengan jasmani, atau jiwa adalah hal lain dan
jasmani adalah hal yang lain
Inti:
1. sang Buddha menerangkan
pembebasan tidak akan mempertimbangkan tentang jiwa dan tubuh jasmani lebih
ditekankan pada sila/moral dan pengetahuan yang sempurna
2. purana kassapa
menerangkan tiada perbuatan (akiriyavada) suatu tindakan jahat/baik akibat dari
perbuatan itu, tidak ada penambahan kesalahan
3. makhali gosala, ajita
kesakambala, pakudha kaccayana, nigantha nataputta, dan sanjaya belathaputta
(sama dengan samanaphala sutta)
4. sang Buddha membabarkan
tentang lima rintangan (pancanivarana) belum disingkirkan, seorang bhikkhu
merasakan dirinya seperti orng yang berhutang, terserang penyakit, dipenjara,
menjadi budak, melakukan perjalanan di padang pasir
5. setelah lima rintangan
itu di singkirkan, maka seorang bhikkhu merasa dirinya seperti orang yang telah
bebas dari hutang, bebas dari penyakit, keluar dari penjara, bebas dari
perbudakan samapi di tempat yang aman.
6. demikianlah ia mengerti:
tubuhku ini mempunyai bentuk, terdiri atas empat usur pokok (maha bhuta), berasal
dari ayah dan ibu, timbul dan berkembang karena perawatan yag terus-menerus,
bersifat tidak kekal, dpaat mengalami kerusakan, kelapukan, kehancuran,
kematian, begitu pula halnya dengan kesadaran (vinnana) yang terikat dengannya.
7. pertapa pengembara
mandisso dan pertapa hidup dari Patta jaliyo menjadi gembira.
Pada akhir
khotbah Otthaddho Licchavi menjadi gembira
8. Mahasihanada Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha ketika sedang berdiam di taman rusa kannakathala di urunna
Latar belakang:
pertapa telanjang kasssapa mendatangi sang Buddha dan mengatakan bahwa samana
dan brahmana yang sejati hanyalah pertapa yang menjalankan kehidupoan ekstrim.
Inti:
1.
syarat-syarat seseorang dikatakan seorang dan brahmana
yang sejati
2.
sang Buddha menjelaskan kesia-siaan penyikasaan diri yang
ekstrim/ keras dan menyatakan bahwa seseorang pertapa/samana harus terampil
dalam moralitas, konsentrasi, pengetahuan dan pengembangan cinta kasih, berdiam
dalam kebebasan pikiran dan lewat pengetahuan
pada akhir khotbah kassapa memutuskan untuk bergabung
dengan sang Buddha.
9. Pothapada Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha ketika berada di vihara anathapindika di hutan jeta, di savathi
Latar belakang:
pertapa potthapada bertanya tentang lenyapnya kesadaran (sanna) dan ingin
mengetahui sejati yang benar-benar membawa ke alam brahma.
Inti:
praktek-praktek menjalankan sila, dan pengembangan konsentrasi yang
menghasilkan muncul dan lenyapnya jhana-jhana secara berurutan, pengembangan
cinta kasih, kasih saying, kegembiraan yang bersimpati, dan kesenangan terhadap
semua makhluk.
10. Subha Sutta
Berkenaan:
setelah sang Buddha parinibbana dan dibabarkan oleh bhikkhu ananda ketika
berada di jetavana milik anatahapindika di savathi.
Latar
belakang:pertanyaan subha todeyya-putta tentang hal-hal apa yang mulia gotama
biasa puji, hal mana yang beliau gunakan untuk memotivasikan, membangun mereka
dan membuat mereka yakin.
Inti: bhikkhu
ananda menjelaskan ada tiga kelompok yang biasanya dipuji oleh bhagava, yang
digunakan belaiau untuk memotivasikan, membangun serta meyakinkan mereka.
Apakah tiga hal itu? Itu adalah kelompok sila ariya (silakhanda), kelompok
meditasi ariya (samadhika), dan kelompok kebijaksanaan ariya (pannakahanda).
Pada akhir
khotbah subba todeyya putta memuji sang Buddha dan menyatakan perlindungan
kepada Tri ratna.
11. Kevadda Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha kepada kevaddha di pakatika nalanda
Berkenaan:
permohonan upasaka kevaddha agar sang Buddha memerintahkan kepada
murid/siswanya untuk menunjukkan kekuatan batin yang melebihi manusia biasa.
Intinya:
Sang Buddha
memberikan uraian-uarian tentang 3 macam kejaiban:
1.
keajaiban mengesankan (iddhi
patihariya)
kemampuan untuk merubah diri menjadi banyak atau sebaliknya,
menghilang diri dan muncul, berjalan di air, duduk di angkasa dan lain
sebagainya.
2.
keajaiban membaca pikiran orang
laian (Ceto pariyanana)
kemampuan untuk membaca pikiran dan
perasaan orang lain.
3.
keajaiban ajaran
kemampuan untuk
mengajarkan dhamma sehingga bisa merealisasikan kebahagiaan tertinggi
(nibbana).
Pada akhir khotbah
upasaka kevaddha menjadi senang dan gembira.
12. Lohica Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha ketika berada di salavatika, di daerah kosala
Latar belakang:
berkenaan dengan brahmana lohicca memiliki pandangan salah tentang bila
mengatakan sesuatu kepada orang lain akan sama dengan seseorang yang telah
memutuskan suatu ikatan dan akan menyambungkannya kembali. Begitu pula, saya
nyatakan tentang hal ini (keinginan untuk memberi tahu orang lain), adalah
suatu bentuk keserakahan yang buruk (papakam-lobha-dhamma).
Inti: sang
Buddha menjelaskan: (1) bila memiliki pandangan salah maka hanya ada dua
kelahiran akan datang baginya, yaitu kelahiran kembali di neraka atau sebagai
binatang, (2) tentang tiga macam guru yang tercela dan terpuji, yiatu:
(a)
ada guru yang
ia sendiri belum mencapai tujuan dari ke-samana-an yang demi itu ia
meninggalkan kehidupan rumah tangga menjadi pabbajita. Tanpa mencapai sendiri
pencapaian itu, ia mengajar dhamma kepada para pendengar dengan berkata: ‘ini
bermanfaat bagi anda, ini akan membahagiakan anda. Sedangkan para mendengar
tidak mendengarkannya atau tidak memperhatikan apa yang dikatakannya atau
batinnya tidak mantap setelah mmengatahui hal itu, mereka melakukan apa yang
mereka pikirkan yang berebda dengan ajaran guru mereka. Guru seperti ini pantas dikritik berdasarkan fakta-fakta ini
(b)
ada guru yang ia sendiri belum mencapai tujuan ke-samana-an yang demi itu ia
meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi pabbajita tanpa mencapai
sendiripencapaian itu, ia mengajar dhamma kepada para pendengar dengan berkata
“ini membahagiakan anda, para pendnegar mendengarkannya, memperhatikan pa yang
dikatakannya atau batin mereka mantap setelah mereka mengrti apa yang
dikatakannya, apa yang mereka lakukan adalah tidak berbeda dengan apa yang
diajarkan guru mereka.
(c)
Ada guru yang telah mencapai tujuan dari ke-samana-an yang demikian itu ia
meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi pabbajita. Setelah mencapai
sendiri pencapaian itu, ia mengajar dhamma kepada para pendengar dengan berkata
“ini bermanfaat bagi anda, ini kan membahagiakan anda, namun para pendnegar
tidak mendengarkannya, tidak emmperhatikan apa yang dikatakannya, atau batin
mereka tidak mantap setelah mereka mengetahui hal itu, apa yang mereka lakukan
adalah berbeda dengan yang diajarkan guru mereka. Guru ini pantas dikritik
berdasarkan fakta-fakta ini.
Pada akhir
khotbah brahmana lohicca memuji dan menyatakan perlindungan kepada Tri Ratna
sebagai upasaka.
13. Tevijja Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha kepada vassetta dan bharadvaja di manasakata, tinggal di taman
mangga di tepi sungai aciravati, tepatnya di utara manasakata.
Berkenaan:
muncul percakapan tentang jalan benar dan jalan salah untuk keselamatan dan
akan membimbing siapa saja yang melaksanakan untuk bersatu dengan brahma
(brahma sahavyataya). Keterangan dari vasetta hal ini telah dinyatakan oleh
brahmana pokkarasadi sedangkan bharadvaja dinyatakan oleh brahmana tarukkho.
Intinya:
Sang Buddha
menerangkan tentang lima hal yang mengarah pada nafsu, yang disebut dalam
vinaya ariya sebagai rantai atau ikatan yaitu benda-benda (rupa) yang dapat
dilihat oleh mata, suara-suara yang didengar oleh telinga, bebauan yang dicium
oleh hidung, rasa-rasa yang dikecap oleh lidah, sentuhan-sentuhan yang
dirasakan oleh tubuh yang diinginkan, sesuai, menyenangkan, menarik yang
disertai oleh nafsu dan menyebabkan kesenangan.
Ada lima
rintangan (nivarana) yang dlam vinaya ariya disebut perintang, penghalang,
pengganggu atau penjerat, yaitu:
1. nafsu indera sebagai
perintang
2. kebencian sebagai perintang
3. malas dan ngantuk sebagai
perintang
4. keragu-raguan sebagai
perintang
5. kegelisahan sebagai
perintang.
Sang Buddha mengajarkan kebenaran
(Dhamma) yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan, dan indah pada
akhir dalam isi maupun bahasanya.Beliau mengajarkan penghidupan suci
(brahmacariya) yang sempurna dn suci. Setelah menjadi bhikkhu, hidup mengendalikan diri sesuai
dengan peraturan-peraturan bhikkhu (patimokkha), sempurna kelakuan dan
latihannya, dapat melihat bahaya dalam kesalahan-kesalahannya, dpat melihat
bahaya dalam kesalahan-kesalahan yang paling kecil sekalipun.
Ia menyesuaikan
dan melatih dirinya dalam peraturan-peraturan. Menyempurnakan
perbuatan-perbuatan dan ucapannya. Suci dalam cara hidupnya, kesempurnaan
silanya, terjaga pintu-pintu inderanya.
Ia memiliki
perhatian-perhatian seksama dan pengertian jelas (sati sampajana) dan hidup
puas. Memusatkan perhatian pada pencerapan terhadap cahaya (alokasanni), lima
rintangan batin (panca nivarana) sehingga mencapai jhana pertama, suatu keadaan
batin yang tergiur dan bahagia (piti Sukha), yang timbul dari kebebasan, yang
masih disertai dengan pengarahn pikiran pada objek (vittakha) dan
mempertahankan pikiran pada objek (vicara). Seluruh tubuhnya dipenuhi,
digenangi, diresapi dan diliputi dengan perasan tergiur dan bahagia, yang
timbul dari kebebasan dan tidak ada satu bagian pun dari tubuhnya yang
tidakdiliputi perasaan teriur dan bahagia itu, yang timbul dari kebebasan
(viveka).
Mengembangkan
batinnya dengan pikiran yang penuh cinta kasih (metta) ke seperempat bagian
dunia, kesetengah dunia, ke tiga seperempat dunia dan keseluruhan dunia.
Kemudian ia mengembangkan batinnya dengan pikirannya yang penuh dengan kasih
saying (karuna) keseperempat bagian dunia, kesetengah dunia, ketiga perempat
dunia dan seluruh dunia. Dengan demikian seluruh dunia, di atas, di bawah, di
sekeliling dan dimana saja, ia secara terus menerus mengembangkan kasih
sayangnya, hingga jauh bertambah luas hingga tak terbatas. Kemudian ia
mengembangkan batinnya dengan pikirannya yang penuh dengan empati (mudita) ke
keseperempat bagian dunia, kesetengah dunia, ketiga perempat dunia dan seluruh
dunia, Dengan demikian seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan
dimana saja, ia secara terus menerus mengembangkan empatinya hingga jauh
bertambah luas hingga tak terbatas. Kemudian ia mengembangkan batinnya dengan
pikirannya yang penuh dengan upekkha (keseimbangan batin) ke keseperempat
bagian dunia, kesetengah dunia, ketiga perempat dunia dan seluruh dunia, Dengan
demikian seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan dimana saja, ia
secara terus menerus mengembangkan keseimbangan batinnya hingga jauh bertambah
luas hingga tak terbatas.
Pada akhir
khotbah brahmana vasettha dan bharadvaja memuji dan menyatakan berlindung
kepada tri ratna.
B. Maha Vagga
14. Maha
Padana Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha kepada para bhikkhu di kareri kuti jetavanarama, savatthi
Berkenaan:
pembicaraan tentang sebab akibatpada kehidupan lampau.
Intinya:
1. sang Buddha menjelaskan tentang
kemampuan mengingat dan mengulang kembali semua fakta kehidupan berkat
penembusan dan kekuatan para dewa
2. sang Buddha menguraikan kisah secara
lengkap tantang nsag Buddha Vipasi
3. sang Buddha menguraikan tentang kemunculan
Buddha vipasi, Buddha sikkhi, Buddha vesabhu, Buddha kakusandhu, Buddha
konagamana, Buddha kassapa dan Buddha gotama, yang disertai dengan uraian
tentang:
a. Kappa (massa)
b. Golongan sosial
c. Keluarga
d. Usia
e. Pohon penerangan
(pohon boddhi)
f. Dua murid utama
g.
Jumlah pengikut pertemuan agung (Sanipatta)
h. Bhikkhu pembantu (bhikkhu
upagatambaka)
i. Ayah
j. Ibu
k. Kelahiran dari kerajaan.
Dengan beberapa
keterangan sebagai berikut:
a.
Buddha vipasi (91 Kappa)
b.
Buddha sikkhi (31 Kappa)
c.
Buddha vesabhu (31 Kappa)
d.
Buddha kakusandha (masa bumi sekarang)
e.
Buddha konagamana (masa bumi sekarang)
f.
Buddha kassapa (masa bumi sekarang)
g.
Buddha gotama (masa bumi sekarang)
Pada akhir
khotbah para bhikkhu merasa gembira dan bersuka cita.
15.
Maha Nidana Sutta
Dibabarkan:
sang Buddha kepada para bhikkhu di kota Kamassodhamma-kuru
Berkenaan:
pernyataan bhikkhu ananda bahwa ajaran paticca samuppada begitu mudah.
Intinya: sang
Buddha menrangkan tentang suatu rangkaian mendalam tetapi mudah ditelaah.
Hukum paticca
samuppada yang terdiri atas 12 mata rantai (Nidana) tentang kondisi-kondisi
dalam sebab musabab yang saling bergantungan, yaitu:
Avijja
(kegelapan batin), Sankhara (bentuk-bentuk kamma), Vinnana (kesadaran),
Nama-rupa (batin dan jasmani), Salayatana (enam landasan indera), Phassa
(Kontak), Vedana (perasaan), Tanha (nafsu keinginan), Upadana (kemelekatan),
Bhava (penjelmaan/penjadian), Jati (kelahiran), Jaramarana (kematian dan kelapukan:
).
Dasar ajaran paticca samuppada adalah:
“dengan adanya ini, adanya itu, dengan timbulnya ini maka
timbullah itu, dengan tidak adanya ini maka tidak adanya itu, dengan 12 mata
rantai (Nidana) yaitu:
1.
sang Buddha memberikan nasehat kepada bhikkhu ananda bila tidak dapat menembus
ajaran paticcasamupada maka generasi yang akan datang menjadi kacau seperti
benang kusut
2.
sang Buddha menjelaskan rangkaian hokum paticcasamuppada
3.
sang Buddha menjelaskan proses perwujudan adalah sebab kelahiran.
Macam
perwujudan:
a.
proses perwujudan nafsu (Kama Bhava)
b.
proses perwujudan jasmani (Rupa Bhava)
c.
proses perwujudan tanpa jasmani (Arupa bhava)
4. kemelekatan adalah sebab
perrwujudan.
Macam-macam
kemelekatan:
a.
kemelekatan terhadap nafsu indera (kama upadana)
b.
kemelekatan terhadap pandangan salah (ditthi upadana)
c.
kemelekatan terhadap upacara (silabata upadana)
d.
kemelekatan terhadap ajaran-ajaran tentang adanya jiwa yang kekal (atta
upadana)
e.
nafsu keinginan adalah sebab kemelekatan. Nafsu keinginan terhadap objek
penglihatan, bunyi, bau, rasa, sentuhan dan bentuk-bentuk pikiran
f.
perasaan adalah sebab nafsu keinginan. Perasaan yang timbul karena kontak
melalui mata, telinga, hidung, lidah, badan jasmani dan pikiran.
Sang Buddha menjelaskan ada tujuh tingkat kesadaran:
1.
makhluk yang berbeda tubuhnya dan pencerapannya (manusia, dewa, dan makhluk
neraka)
2.
makhluk yang sama tubuhnya tetapi berbeda pencerapannya (dewa alam abhasara)
3.
makhluk yang berbeda tubuhnya tetapi sama pencerapannya
4.
makhluk-kmakhluk yang sama tubuhnya dan sama pencerapannya, misalnya alam dewa
subhakinha
5.
makhluk yang telah melampaui semua pencerapan tentang jasmani, pencerapan
tentang ketidaksenangan. Mengalihkan perhatian dari bermacam-macam pencerapan
dan berikir “ruangan tanpa bats” mencapai laam ruanagn tanpa bats
6.
makhluk yang melampaui alam ruang tanpa batas berfikir “kesadaran tanpa
bats” mencapai alam kesadaran tanpa bats
7.
makhluk-makhluk yang melampauialam kesadaran tanpa batas berfikir, tanpa ada
sesuatu mencapai alam kekosongan
sang Buddha menjelaskan terdapat dua alam yang tidak
menyenangi kesenangan, yaitu:
1.
alam makhluk-makhluk tanpa kesadaran (Asanna-satta)
2.
alam makhluk-makhluk bukan pencerapan atau bukan tanpa pencerapan
sang Buddha juga menjelaskan delapan macam kebebasan
(Attha Vimutto).
16.
Maha Parinibbana Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada patih vassakara di bukit gijjhakutta,
rajagaha
Berkenaan: perintah raja ajatasathu kepada patih
vassakara untuk meminta nasehat sang Buddha sebelum berperang melawan suku
vajji.
Intinya:
Sang Buddha memberikan khotbah tentang beberapa aspek
yang paling mendasar dan penting dalam ajaran sang Buddha yaitu:
a.
tujuh syarat kesejahteraan suatu bangsa:
1. sering berkumpul mengadakan
musyawarah
2. dalam musyawarah selalu
menganjurkan perdamaian
3.
menetapkan peraturan baru dan meneruskan peraturan yang lama
4.
menunjukkan rasa hormat dan bhakti kepada orang yang lebih tua.
5.
melarang keras adanya penculikan-penculikan terhadap wanita-wanita dari
keluarga
6. menghormati tempat-tempat
suci
7.
menghormati orang-orang yang patut di anggap suci
b.
tujuh syarat kesejahteraan bagi para bhikkhu:
1.
sering berkumpul dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat
2.
dalam pertemuan itu selalu menganjurkan persatuan dan kesatuan serta perdamaian
3.
tidak menetapkan peraturan baru danmneghapus peraturan yang lama
4. selalu berbuat sesuai
vinaya
5.
menghormati dan berbakti kepada bhikkhu yang lebih tua
6.
menyenangi hutan sebagai tempat tinggal yang lebih tenang
7.
mengembangkan pikiran yang baik dengan rekan sepenghidupan.
c. tujuh sifat baik:
1. keyakinan
2. rasa malu untuk berbuat
jahat
3.
rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat
4. banyak pengetahuan
5. keteguhan batin
6. perhatian yang kuat
7. kebijaksanaan
d. tujuh macam pencerapan:
1.
memiliki pengetahuan tentang ketidakkekalan (anicca)
2.
mengembangkan pengertian tentang ketanpa akauan (anatta)
3. mengembangkan pengertian
tentang ketidakindahan tubuh
4. mengembangkan pelenyapan
pandangan salah
5. mengembangkan pelenyapan
kekotoran batin
6. mengembangkan pelenyapan
nafsu
7. mengembangkan penghentian
dukkha.
e.
enam syarat yang harus diingat:
1.
saling mengasihi dan menyayangi dalam perbuatan
2.
saling mnegasihi dan menyayangi dalam ucapan
3.
saling mengasihi dan menyayangi dalam pikiran
4. memebagi perolehan dengan
adil
5.
melaksanakan kehidupan suci dengan sila yang tidak dilanggar/tidak ternoda
6. mengembangkan pandangan
benar untukmelenyapkan penderitaan
f. tujuh factor
penerangan sejati
1. perhatian (sati)
2. penyelidikan dhamma
(dhammma vicaya)
3. bersemangat (viriya)
4. kegiuran dalam meditasi
(piti)
5. ketenangan (passadi)
6. meditasi (samadhi)
7. keseimbangan batin
(upekkha)
g. raungan singa sariputta
dalam
akhir khotbah ini bhikkhu sariputta mengungkapkan raungan singa sariputta,
yaitu ungkapan keyakinan bhikkhu sariputta kepada sang bhagava akan pencapaian
penerangan sempurna
h. kesunyataan mulia (Ariya
Sacca)
1. dukkha ariya sacca
(kesunyataan mulia tentang dukkha)
2. dukkha samudaya ariya sacca
(kesunyataan mulia tentang asal mula/sebab dukkha)
3. dukkha niroda ariya sacca
(kesunyataan mulia tentang lenyapnya dukkha)
4. dukkha nirodha gamini
patipada ariya sacca (kesunyataan mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha)
Yaitu jalan tengah berunsur delapan, yaitu:
a)
Samma ditthi: pandangan benar
b)
Samma sankhapa: pikiran benar
c)
Samma vacca: ucapan benar
d)
Samma kammanta: perbuatan benar
e)
Samma ajiva: mata pencaharian benar
f)
Samma vayama: usaha benar
g)
Samma sati: perhatian benar
h)
Samma samadhi: samadhi benar
i. delapan sebab
gempa bumi
1. bumi yang luas terbentuk
dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada diangkasa. Apabila
udara bertiup maka zat cair tergoncang. Kegonjangan zat cair ini menyebabkan
bumi bergetar (terbentuknya bumi/dunia)
2. apabila seorang pertapa
mempunyai kekuatan batin yang besar, seseorang yang telah memperoleh kekutan
untuk mngendalikan pikirannya, mengembangkan pemusatan pikiran yang hebat pada
unsure bumi dan pada suatu tingkatan yang tak terbatas pada unsure zat cair, ia
juga dapat menyebabkan bumi bergetar
3.
ketika boddhisatva meninggalkan surga tusita dan lahir melalui rahim seorang
ibu yang penuh pengertian dan perhatian besar
4. ketika sang boddhisatva
lahir
5. ketika boddhisatva mencapai
kesempurnaan, yang maha sempurna, tak ada yang menyamainya dan sungguh luar
biasa kesempurnaanya
6.
ketika sang Buddha memutar dhamma cakka (roda dhamma)
7.
ketika sang Buddha bertekada meneruskan hidupnya
8. ketika sang Buddha maha
parinibbana
j. permohonan mara
mara memohon kepada sang Buddha agar segera mengakhiri
hidupnya.
Sang Buddha menjawab: “sebelum para
bhikkhu/bhikkhuni/upasaka/upasika menjadi siswa-siswaku yang benar-benar
bijaksana dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang benar-benar cakap,
terpelajar, memelihara dhamma, hidup sesuai dengan dhamma, berpegang teguh pada
pimpinan yang telah ditetapkan, telah mempelajari kata-kata sang guru, dapat
menerangkan, mengkhotbahkannya, mengumumkannya, menyusun, mengartikannya,
menerangkan secara seksama, membuatnya menjadi jelas, dapat memberikan
penjelasan secara sempurna sehingga menimbulkan keyakinan pada setiap orang
bahwa dhamma dapat membawa kebebasan terakhir/nibbana.
Mara: pembawa kematian, nafsu, godaan, tabiat buruk/sifat
yang jahat.
Lima macam mara: pancakhanda, aktivitas kamma, kematian,
kekotoran batin, makhluk yang menyerupai dewa.
Pasukan mara terdiri dari:nafsu indera, ketidakpuasan,
kelaparan, nafsu keinginan, mengantuk, sifat pengecut, ketidakpastian, sifat
keras kepala, dapat pujian yang sebenarnya tak diperoleh, memuji diri sendiri,
dan menjelekkan orang lain.
k. nasehat sang Buddha
“dharma merupakan pengetahuan langsung yang telah
kuajarkan untuk dipelajari benar-benar, untuk memelihara benar-benar,
mengembangkan serta mempraktekkan dhamma secara berulang-ulang”.
Dhamma yang telah ku ajarkan:
1. empat usaha benar
a.
usaha yang rajin agar keadaan-keadaan yang jahat dan buruk tidak timbul pada
diri seseorang
b.
usaha yang rajin menghilangkan keadaan-keadaan yang jahat dan buruk yang telah
timbul pada diri seseorang
c.
usaha yang rajin menimbulkan keadaan-keadaan yang baik pada diri seseorang
d.
usaha yang rajin menjaga keadaan-keadaan yang baik yang telah timbul dan tidak
membiarkan lenyap.
2. empat dasar kekuatan batin
a.
kesadaran pada penyelidikan terhadap badan jasmani (kayanupasana)
b.
kesadaran pada penyelidikan terhadap perasaan (vedananupasana).
c.
Kesadaran pada penyelidikan terhadap pikiran (cittanupassana)
d.
Kesadaaran pada penyelidikan terhadap kesan-kesan pikiran (dhamma nupasana)
3. lima bakat batin
a.
mempunyai bakat/keahlian dalam pemikiran akan memasuki jhana
b.
mempunyai bakat/keahlian dalam memasuki jhana
c.
mempunyai bakat/keahlian dalam menentukan waktu berapa lama hendak berada di
dalam jhana
d.
mempunyai bakat/keahlian dalam pemikiran akan keluar dari jhana
e.
mempunyai bakat/keahlian dalam peninjauan jhana
f.
l. enam kekuatan
batin
1.
kemampuan untuk meningat kelahiran yang lampau
2.
kemampuan untuk melihat alam-alam lain dan kesanggupan melihat muncul dan
lenyapnya makhluk-makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan karmanya
masing-masing
3. kemampuan untuk membasmi
kekotoran batin
4. kemampuan untuk membaca
pikiran orang lain
5.
kemampuan untuk mendengar suara-suara dari makhluk-makhluk yang berada di alam
lain
6. kekuatan magis
m. cermin kebenaran
latar
belakang: adanya kerisauan bhikkhu ananda yang kemudian menanyakan kepada sang
Buddha bahwa setiap makhluk harus mengalami kematian
isi: sang Buddha menganjurkan kepada para siswa agar
memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan pada kebenaran/sifat-sifat luhur dari
sang Buddha, dhamma dan sangha.
Cermin kebenaran adalah sebagai suatu sarana untuk
melihat kebenaran yang hakiki sehingga seseorang melalui pandangan benar dapat
melihat hidup ini dengan sewajarnya. Sang Buddha memberikan khotbah cermin
kebenaran ini bertujuan agar para siswa dapat mawas diri.
n. 4 tempat ziarah
(Dharmayatra)
1.
tempat kelahiran pangeran siddharta gotama (Taman Lumbini)
2.
tempat pertapa Gotama pencapaian penerangan sempurna dan menjadi Buddha (Bodh
Gaya)
3.
tempat dimana sang Buddha memutar roda dharma (Dhamma cakka) di taman rusa
isipatana, Benares
4.
tempat sang Buddha mencapai maha parinibbana (di kusinara).
o.
cara menghormat badan wadag/jenazah/jasad dari sang Buddha
1. membungkus dengan 500
balutan kain linen
2. membungkus dengan 500
balutan kain wol
3.
menempatkan jenasah yang sudah dibalut ke dalam peti pembuluk yang di cat meni
4.
menempatkan jenasah di atas tempat pembakaran jenasah yang dibangun dengan
beraneka macam kayu wangi/cendana
5.
membangun stupa bekas tempat pembakaran jenasah/badan wadag sang Buddha.
p. empat pencapaian istimewa
1.
bhikkhu sangha dapat melenyapkan kekotoran batin selama hidupnya dan
mendapatkan kebebasan batin melalui kebijaksanaan
2.
bhikkhu nanda dapat menghancurkan 5 belenggu yang rendah dan mneghancurkan
keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir kembali di dunia. Juga
upasaka suddata mampu menghancurkan 3 belenggu dan menjadi seseorang yang
akan dilahirkan sekali lagi
3.
upasika sujata dapat menghancurkan 3 belenggu yang rendah dan mneghancurkan
keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir di dunia
4.
upasaka kakhuda dapat menghancurkan lima belenggu yang rendah dan menghancurkan
keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir lagi di dunia.
q. santapan terakhir dari sang Buddha
RINGKASAN SUTTA PITAKA
MAJHIMA NIKAYA
MAHAGOVINDA SUTTA (DN, MV:19)
Dibabarkan oleh SB kpd Pancasikha
Gandhabba dibukit Gijakuta-Rajagaha, berkenaan tentang cerita Pancasikha
tentang kunjungannya kesorga, dimana ia bertemu dengan brahmana Sanankumara yg
mengisahkan ttg Mahagovinda. Intinya SB ingat semua cerita Pancasikha dan
Beliau menjelaskan bahwa dia sendirilah Mahagovinda tersebut dan Dhamma yang
diajarkan dapat membawa seseorang kealam brahma dan kesucian dapat tercapai.
DHAMMADAYADA SUTTA
Dibabarkan : di Jetavana, arama milik Anathapindika, Savatthi. Kepada : Para Bhikkhu."
"Para bhikkhu, jadilah
pewarisKu dalam Dhamma (Dhammadayada), bukan pewarisku dalam
materi. Berdasarkan pada kasih sayang
pada anda sekalian Saya berpikir: 'Bagaimana para siswaKu menjadi pewarisKu
dalam dhamma, bukan pewarisKu dalam materi?' Bilamana anda sekalian adalah
pewarisKu dalam materi, bukan pewarisKu dalam Dhamma, anda sekalian akan
dicela: 'Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai
pewaris dalam Dhamma', dan saya akan dicela: 'Para siswa Sang Guru hidup
sebagai pewarisNya dalam materi, bukan sebagai pewarisNya dalam Dhamma.’
Bilamana anda sekalian adalah pewarisKu
dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam materi, anda sekalian tidak akan dicela:
'Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai pewaris
dalam Dhamma'; dan saya tidak akan dicela: 'Para siswa Sang Guru hidup sebagai
pewarisNya dalam materi, bukan sebagai pewarisNya dalam Dhamma.’ Para bhikkhu,
jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam materi. Berdasarkan pada kasih sayang untuk anda sekalian Saya berpikir: 'Bagaimana para
siswaKu akan menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan perwarisKu dalam
materi?"'
"Para bhikkhu, misalnya
Saya telah makan, tidak makan lagi karena telah kenyang, selesai, telah cukup,
sesuai dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa yang akan
dibuang. Kemudian ada dua orang bhikkhu
tiba, lapar dan lemah. Saya berkata
kepada mereka: 'Bhikkhu Saya telah makan, tidak makan lagi, karena telah
kenyang, selesai, telah cukup, sesuai dengan apa yang diperlukan, namun ada
makanan sisa yang akan dibuang. Makanlah
bila anda mau; bila anda tidak makan, maka Saya akan membuangnya ke tempat yang
tak berumput atau ke air yang tidak ada binatang'. Kemudian seorang bhikkhu berpikir: 'Sang Bhagava
telah makan, tidak makan lagi, karena telah kenyang, selesai, telah cukup,
sesuai dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa dari Sang Bhagava
yang akan dibuang; bila kita tidak memakannya Sang Bhagava akan membuangnya ke
tempat yang tak berumput atau ke air yang tidak ada binatang.’ Tetapi Sang
Bhgava pernah berkata: 'Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam dhamma, bukan
pewarisKu dalam materi,' dalam hal ini makanan adalah salah satu materi. Kiranya, lebih baik daripada makan makanan
itu, saya akan menghabiskan waktu siang dan malam ini dengan lapar dan lemah.'
Namun bhikkhu kedua berpikir: 'Sang Bhagava telah makan tidak makan lagi,
karena telah kenyang selesai, telah cukup, sesuai dengan apa yang diperlukan,
namun ada sisa makanan dari Sang Bhagava yang akan dibuang, bila kita tidak
memakannya Sang Bhagava akan membuangnya ke tempat tak berumput atau ke air
yang tidak ada binatang’. Sekiranya saya makan makanan ini, maka saya akan
menghabiskan waktu siang dan malam ini dengan tanpa lapar dan tidak lemah.'
Setelah makan makanan itu, ia menghabiskan siang dan malam tanpa lapar dan
lemah. Walaupun bhikkhu itu makan
makanan itu menghabiskan siang dan malam tanpa lapar dan lemah, namun bhikkhu
pertama adalah lebih dihormati dan dipuji olehKu. Mengapa begitu? Sebab itu akan berlangsung lama bagi
keinginannya yang sedikit, puas, mudah dilayani dan bersemangat. Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma,
bukan pewarisKu dalam materi.
Berdasarkan pada kasih sayang untuk anda sekalian Saya berpikir:
'Bagaimana para siswaKu akan menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan perwarisKu
dalam materi?"'
MAHASIHANDA SUTTA
Dibabarkan di : di hutan
kecil, yang terletak di sebelah barat
kota Vesali.
Kepada :
Ketika itu
Sunakkhatta Licchaviputta baru saja meninggalkan Dhamma dan Vinaya. Ia membuat
pernyataan ini di hadapan kelompok orang
Vesali: "Petapa Gotama tidak
memiliki nilai-nilal yang patut bagi pengetahuan maupun pandangan ariya suci
yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa (uttari manussadhamma). Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar
menjejali pikiran manusia, mengikuti keingintahuannya sendiri sebagaimana yang
terjadi pada dirinya, siapa pun yang diajarkan Dhamma demi kepentingannya itu
hanya membawa langsung pada penghentian penderitaan dalam dirinya ketika ia
melaksanakannya, namun tidak untuk hal-hal lainnya.”
A. Dasa Bala
Sariputa,
Tathagata memiliki Dasa Tathagata Bala (Sepuluh Kekuatan
Tathagata),
1.Tathagata
mengerti, sebagaimana apa adanya, yang 'mungkin sebagai yang mungkin dan yang
tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin' (Thana-athana).
2. Tathagata
mengerti, sebagaimana apa adanya, matangnya kamma (kamma-vipaka) yang
dilakukan di masa lampau, di masa mendatang dan masa sekarang, dengan
kemungkinan-kemungkinan dan sebab-sebabnya.
3. Tathagata, mengerti, sebagaimana apa
adanya, ‘ke mana tujuan semua jalan’ (sabbatthagamani
patipada).
4. Tathagata
mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘dunia ini dengan unsur-unsurnya yang banyak
dan berbeda-beda’ (anekadhatu nanadhatu lokam).
5. Tathagata
mengerti, sebagaimana apa adanya, bagaimana ‘para makhluk memiliki
kecenderungan yang berbeda-beda’ (sattanam nanadimuttikam).
6. Tathagata mengerti, sebagaimana apa
adanya, ‘watak dari indera para makhluk lain dan orang-orang lain’ (parasattanam
parapuggalam indriyaparopariyattam).
7. Tathagata
mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘kekotoran-kekotoran batin, cara membersihkan
dan timbulnya jhana, kebebasan, pemusatan pikiran dan pencapaian’ (jhana
vimokha samadhi samapattinam sankilesam vodanam vutthanam).
8. Tathagata
‘mengingat banyak kehidupannya yang lampau’,
(pubbenivasanussatinana) yakni, satu kelahiran, dua kelahiran ...
lima kelahiran, sepuluh kelahiran ... lima puluh kelahiran, seratus kelahiran,
seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa kehancuran alam semesta
(samvattakappa) dan banyak kappa pembentukan alam semesta (vivattakappa):
9. Tathagata
dengan kemampuan Mata Dewa (Dibba Cakkhu) yang suci dan melampaui
kemampuan manusia biasa, melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir
kembali, rendah atau mulia, baik atau buruk, berkelakuan baik atau buruk;
mengerti bagaimana makhluk-makhluk meninggal berdasarkan pada kamma-kamma
mereka,
10.
Tathagata, pada kehidupan sekarang dengan ‘kemampuan batinnya merealisasi
kebebasan batinnya’ (asavakkhayanana), melenyapkan kotoran batin (asava)
dengan cara Cetovimutti (pembebasan melalui ketenangan batin) dan Pannavimutti
(pembebasan melalui kebijaksanaan).
B. Cattaro Vesarajja
'Sariputta,
Tathagata memiliki Empat Macam Integritas Diri (Cattaro Vesarajja) dengan
memilikinya Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman
singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Apakah empat
Integritas Diri itu?
Saya tidak
melihat alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara atau dewa brahma
di seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma:
"Sementara anda menyatakan menemukan penerangan sempurna, tetapi anda
tidak menemukan penerangan sempurna dalam dhamma-dhamma ini." Karena tidak
melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan
penuh integritas.
"Sementara
anda menyatakan telah melenyapkan noda-noda batin, tetapi noda-noda batin belum
dilenyapkan dari diri anda." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka
saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
"Dhamma-dhamma
seperti itu yang anda katakan bersifat obstruktif, namun pada kenyataannya
tidak bersifat obstruktif bagi mereka yang melaksanakannya." Karena tidak
melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan
penuh integritas.
bagi
siapapun yang anda ajarkan Dhamma bagi kepentingannya, hal ini tidak langsung
membawa pada lenyapnya penderitaan dalam dirinya ketika ia
melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya dengan
aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
C. Attha Parisa
'Sariputta,
ada delapan kelompok (attha parisa).
Apakah delapan kelompok itu?
1. Kelompok kesatria,
2. brahmana,
3. perumah-tangga,
4. petapa,
5. dewa
6. Catummaharajika,
7. dewa Tavatimsa,
8. Mara dan
9. Brahma.
Dengan
memiliki empat Integritas Diri, seorang Tathagata mendekati dan memasuki
delapan jenis kelompok ini.
Saya telah
memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus
kelompok kesatria. Dulu, saya telah
duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka.
Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu,
maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.
D. Catta Yoni
'Sariputta,
ada Empat Cara Kelahiran (Catta Yoni).
1. Kelahiran melalui telur (andaja yoni),
2. kandungan (jalabuja yoni),
3. tempat lembab (samsedaja yoni) dan
4. kelahiran secara spontan (opapatika).
E. Panca Gati dan Nibbana
'Sariputta,
ada Lima Alam Tempat Kelahiran (Panca Gati)
1. Alam neraka (niraya),
2. binatang (tiracchana),
3. alam setan (pittivisaya), alam
manusia (manussa) serta
4. dewa (deva).
MAHASAMAYA SUTTA (DN, MV:20)
Dibabarkan SB kpd para bhikkhu di
Mahavana Kapilvatthu berkenaan dengan kunjungan para dewa dari 10.000 tata
surya. Pada pertemuan Agung ini para dewa memberikan pujian kepada bhikkhu yang
memusatkan pikiran, menjaga indera dan berjalan tanpa noda. Intinya SB memberitahukan
uraian nama-nama para dewa pada pertemuan Agung itu dan para dewa menghormati
SB dengan mengucapkan syair sebanyak 151 baris.
PAYASI SUTTA (DN, MV:23)
Dibabarkan bhikkhu Kumara kassapa
kpd pangeran Payasi di hutan Simsapa, berkenaan dengan pangeran Payasi yang
memilki pandangan salah ttg tidak adanya alam kehidupan ini, tidak ada mahkluk
yang lahir melalui rahim ibu, tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik
maupun buruk. Intinya B. Kumara Kassapa memberikan ajaran kpd P. Payasi dalam
bentuk perumpamaan2x ttg 4 alam yaitu Naraka, sorga, tavatimsa dan nibbana.
Pada akhirnya P. Payasi yakin sepenuhnya pd Buddha Dhamma dan Sangha dan B.
Kumara juga mengajarkan jenis persembahan yang benar dan dilakukan dengan rasa
hormat, dilakukan dengan tangannya sendiri, dengan sopan dan bukan seperti
membuangnya dan akan menghasilakan pahala yg besar.
MAHASATIPATTHANA SUTTA(DN, MV:22)
Dibabarkan SB kpd para bhikkhu di
Kammasadhamma di suku Kuru. Berkenaan dengan perihal mensucikan mahkluk hidup
dari derita agar dpt mencapai Nibbana. Intinya
SB menjelaskan ttg 4 landasan
kesadaran (meditasi) yaitu kesadaran badan jasmani, rangsangan indriya,
perasaan dan pikiran.

PATIKA
SUTTA (DN, PV:24)
Dibabarkan SB kpd pertapa
Bhagavagotta di Anupiya, suku Malla, berkenaan pertanyaan pertapa Sunakhata
Liccaviputta yg telah meninggalkan dhamma dan vinaya serta telah mengikuti guru
lain, karena SB tidak mau menunjukkan kekuatan batinya dan tidak menerangkan
asal mula benda. Intinya terdapat dua hal penting yaitu ttg pertunjukan
kemampuan batin dan asal mula segala sesuatu yaitu:
1. pertunjukkan kemampuan batin:
a. Pertapa Korakkatiya yg dianggap Sunakkhata sebagai arahat
dlm tujuh hari lagi akan meninggal dan terlahir sebagai mahkluk Kalakanja.
b. Pertapa Kandaramasuka yg terhormat diantara suku vajji
bersumpah selama hidupnya sebagai pertapa telanjang tidak makan bubur dan nasi,
tidak melewati bahuputta cetiya tetapi tidak lama lagi pertapa tersebut akan
mengenakan pakaian dan kawin sepertia apa yg dikatakan SB.
c. Pertapa Patika terkenal di Vesali
dlm pengetahuan, berdebat melebihi kemampuan SB
1. Asalmula segala sesuatu
Akan tiba satu saat cepat atau lambat, setelah
berakhirnya suatu masa yang lama didunia ini akan hancur dan berevolusi. Ketika
hal itu terjadi, umumnya mahkluk2x terlahir kembali dialam Abhassara. Mereka
hidup dialam itu dengan kekuatan pikiran, kenikmatan, memancarkan cahaya dari
tubuh dan kehidupan ini berlangsung terus dlm keindahan, dlm masa yg lama
sekali. Akan tiba pada satu saat cepat atau lambat bumi mulai berevolusi dlm
pembentukan kembali, ketika hal ini terjadi alam brahma nampak kosong. Ada
sosok mahkluk yg krn masa hidupnya telah habis dan pahalanya ia meninggal dr
alam Abhasara terlahir kealam brahma. Dialam ini ia hidup dengan kekuatan
pikiran, kenikmatan, memancarkan cahaya dlm keindahan dlm suatu masa yg lam
sekali, krn merka tinggal dialam itu terlalu lama & sendirian mk perasaan
yg tidak puas& kerinduan muncul dlm diri mereka.
LAKKHANA
SUTTA (DN, PV:30)
Dibabarkan SB kpd pr bhikkhu di
jetavana, savathi. Berkenaan ttg ke-32 tanda manusia agung (maha purissa)
intinya SB menjelaskan bhw ada 2 kemungkinan cara hidup bg manusia yg memilki
32 tanda mc besar yi:(1) jk hidup sbg mc biasa ia akan menjadi raja dunia. (2)
jk hidup sbg pertapa mk ia akan menjadi samma sambuddha
Penjelasan dr 32 tanda maha purissa.
1. telapak kaki rata
kekuatan masa lampau: terlahir sbg
mc yg melakukan perbuatan besar, dermawan, berdisiplin, melaksanakan hari
uposatha, menghormati ortu, pr pertapa, pendeta & pemimpin.
Akibat/hasil jk sbg raja cakkavati:
penakluk bukan dgn kekerasan melainkan dgn kesabaran, penguasa dunia sampai
batas lautan, kerajaan yg bebas dr penjahat, kuat, sejahtera, bahagia, &
bebas dr bencana.
Akibat/hasil jk sebagai
sammasambuddha: tdk dpt ditaklukkan o/ musuh.
2. telapak kaki terdapat cakra dgn seribu jeruji
kekuatan masa lampau: terlahir sbg
mc yg hidup demi kebahagiaan orla, menghilangkan rasa takut dan teror,
menyediakan kebutuhan orng banyak & memberikan perlindungan.
Akibat/hasil jk sbg raja cakkavati:
memiliki byk pengikut, brahmana, penduduk, rakyat, bendahara, pengawal,
penjaga, pelayan.
Akibat/hasil jk sbg samma sambuddha:
memiliki byk pengikut, bhikkhu/I, upasaka/ika, dewa dsb.
3. tumit bagus, jari2x panjang & potongan tubuh agung.
Kekuatan masa lampau: terlahir sbg
mc yg menolak melakukan pembunuhan, hidup dgn baik hati & kasih say,
menjalin persahabatan, simpati kpd sma mahkluk hidup.
Akibat/hasil jk sbg mahkluk
cakkavati: ia akan berusia panjang, selam hidupnya tdk akan ada org yg
membunuhnya.
Akibat/hasil sbg samma sambuddha: ia
akan berusia panjang, tdk ada lawan bertapa, dewa, mara, brahmana yg dpt
membunuhnya.
4. kemaluan terbungkus selaput
kekuatan masa lampau terlahir sbg mc
yg mempersatukan keluarga, tmn2x, orang yg tlh lama berpisah.
Akibat/hasil jk sbg raja cakkavati:
ia akan mempunyai anak yg byk lebih dr 1000 org
Akibat/hasil jk sbg samma sambuddha:
ia akan mempunyai pengikut yg byk & umumnya mencapai tingkat kesucian.
5. tangan & kaki halus
kekuatan masa lampau terlahir sbg mc
ia memilki 4 dasar simpatik, dermawan, bicara yg menyenangkan, melakukan
perbuatan yg berguna & adil.
Akibat/hasil jk sbg raja
cakkavati:sma pengikutnya brahmana, penduduk, rakyat dan nelayan.
Akibat/hasil jk sbg samma sambuddha:
sma pengikutnya bhikkhu/ni, upasaka/ika teratur baik.
DIGHA NIKAYA
CAKKAVATTI
SIHANANDA SUTTA (DN, PV:26)
Dibabarkan SB kpd B. Matula,
kerajaan Magadha. Berkenaan Sb memberikan nasehat kpd pr Bhikkhu agar menjadi
diri sendiri sebagai pelita, berlindung pd diri sendiri & jangan berlindung
kpd orla, hidup dlm dhamma sebagai pelita & dhamma sebagai pelindung &
tidak berlindung pd orla. Intinya:
SB menjelaskan ttg raja dunia dengan
berbagai tingkat penyelewengan moral & pemulihannya serta ramalan ttg
Buddha Maitreya yg akan datang.
SB menjelaskan cerita ttg raja dunia
yg bernama Dalhaneni, 7 macam permata yg dimilki raja dunia, roda kewajiban
maha raja dan pahala berjalan dlm dhamma, terinci sebagai berikut:
a. 7 macam permata raja dunia: Cakka, gajah, kuda, permata,
wanita, kepala RT, penasehat.
b. 12 roda kewajiban raja dunia: (1)hidup dlm kebenaran
(2)berbakti, hormat & bersujud pd kebenaran (3)pujalah kebenaran (4)sucikan
diri dgn kebenaran (5)jadikanlan dirimu sebagai panji kebenaran (6)menjaga dgn
baik keluarga, rohaniawan & binatang (7)jgn biarkan kejahatan terjadi
dikerajaan (8)jadikanlah kebenaran sebagai tamumu (9)memberikan dana kpd orang
miskin (10) sll dtng menemui samana (11)mendengarkan dhamma dgn penuh perhatian
(12)menghalangi rakyat untuk berbut jahat & agar berbuat baik.
c. Pahala seorang yg berjalan dlm
dhamma (1) usia akan bertambah (2) kecantikan;seseorang bhikkhu melaksanakan
patimokkha (3) kebahagiaan;menjauhkan diri dr nafsu & tercapailah jhana (4)
kekayaaan;seorang bhikkhu memancarkan catur paramitha keseluruh dunia
(5)kekuatan;siswa mampu melenyapkan kekotoran batin shg pd kehidupan skrng dlm
keadaan senang.
CAKKHAVATTI SIHANADA SUTTA
AGGANA SUTTA
SIGALOVDA
SUTTA (DN, PV:31)
Dibabarkan SB kpd sigala di
rajagaha. Berkenaan sigala yg salah mengartikan dlm menyembah ke-6 arah mata
angin. Intinya SB menjelaskan ttg kewajiban seorang umat dengan menguraikan
bahwa memujua ke-6 arah tsb adlh kewajiban terhadap 6 kelompok org yg hrs
dihormati (timur; ortu & anak. Selatan; guru & murid. Brt: istri &
anak. Utr; shbt & klrg. Atas; pr brahmana & pertapa. Bawah; pelayan
& karyawan).
VANAPATHA
SUTTA
Dibabarkan SB kpd para bhikkhu di
jetavana, berkenaan dgn kotbah SB pd 4 bhikkhu ttg kehidupan dlm hutan yg
sunyi. Intinya menjelaskan bahwa peningkatan batin yg seharusnya dijadikan
dasar pertimbangan untuk dijadikan tempat tinggal disuatu tmpt dimapun berada bkn
pd pemenuhan kebutuhan hidup. Ada 4 jenis orang bhikkhu yg tinggal dihutan:
a. jik bhikkhu tinggal dihutan, tp 4 kebutuhan pokok sukar
diperoleh penyadaranya tak terbangkitkan mk ia harus meninggalkan hutan tsb.
b. Jk bhikkhu tinggal dihutan, & kebutuhan pokok mudah
diperoleh tp penyadaranya ttg noda batin & pembebasan tdk tertembus mk ia
harus meninggalkan hutan tsb.
c. Jk bhikkhu tinggal dihutan tp 4
kebutuhan pokok sukar diperoleh, penyadaranya terbangkitkan mk ia harus tetap
tinggal dihutan tsb.
d. Jk bhikkhu tinggal dihutan & 4 kebutuhan pokok terpenuhi
serta penyadaranya terbangkitakan, mk ia harus tetap tinggal dihutan tsb.
BODHIRAJAKUMARA
SUTTA (MN, RAJA VAGGA:108)
Dibabarkan SB kpd P. Bodhi diistana
Kokanadha, taman rusa, berkenaan P. bodhi menyuruh brahmana Sanjikaputta untuk
menemui SB & menganjakNya makan diistana P. Boddhi serta menyatakan :apakah
bebas dr kesulitan, bebas dr penyakit, sehat & kuat?, intinya SB
menceritakanmasa2x beliauberkelana mencari penerangan sempurna dari awal
menjadi pertapa sampai mencapai penerangan sempurna. SB menjelaskan 5 usaha
keras agar dpt mencapai tujuan tertinggi hidup suci, yaitu: 1. Ia memiliki
keyakinan kpd penerangan sempurna dr Tatagatha, 2. Ia memiliki daya tahan tubuh
terhadap penyakit, 3. Ia tdk curang & pendusta, 4. Ia bersemangat dlm
menyingkirkan adhamma dan dengan teguh memajukan dhamma, 5. Ia memiliki
pengertian ttg muncul & lenyapnya serta menyelami membimbing pd penghentian
penderitaan secara total.
HAKKHINNAVIBHANGA
SUTTA (PERCAKAPAN TTG ANALISIS DANA)
Dibabarkan SB ditengah suku sakya,
vihara nigrodha dekat kapilavatthu, berkenaan dengan putri maha pajapati gotami
yg ingin mempersembahkan jubah yg dipotong & dijahit sendiri kpd SB tetapi
oleh SB disarankan untuk didanakan kpd sangha. Intinya :
1.
SB menjelaskan ttg 14 jenis dana yg
dibedakan kpd pribadi2x yaitu: Tathagatha (samma sambuddha), Pacceka buddha,
arahatta phala, arahatta magga, anagami phala, anagami magga, sakadagami phala,
sakadagamai magga, sotapanna phala, sotapanna magga, orang yg sdh lepas/tanpa
kemelekatan trhd kesenangan indriawi, orang yg memiliki kebiasaan moral yg
baik, orang yg memiliki kebiasaan moral yg buruk, binatang.
2.
SB menjelaskan ttg 7 macam dana
untuk sangha: orang yg memberikan dana untuk sangha bhikkhu/ni dengan SB sbg
pemimpin, orang yg memberikan dana untuk sangha bhikkhu/ni setelah SB
parinibbana, orang yg memberikan dana untuk sangha bhikkhu, orang yg memberikan
dana untuk sangha bhikkhuni, orang yg memberikan dana sambil berkata mohon
mengirimkan beberapa bhikkhu/ni dr sangha khusus untuk saya, orang yg
memberikan dana sambil berkata mohon mengirimkan beberapa bhikkhu dr sangha yg
khusus untuk saya, orang yg memberikan dana sambil berkata mohon mengirimkan
beberapa bhikkhuni dr sangha yg khusus untuk saya.
3.
SB menjelaskan 4 penyucian karena
dana: dana yg disucikan olehpenerima bukan oleh pemberi, dana yg disucikan oleh
pemberi bukan oleh penerima, dana yg tidak disucikan oleh pemberi dan penerima,
dana yang disucikan olehnpemberi dan penerima.
4.
Syarat2x agar dana memberikan
manfaat yg besar: penerima dana memiliki moral yg baik, pemberi dana memiliki
moral yg baik, dana didapat dengan cara yg benar, memberi dana dengan pikiran
yg baik pada saat sebelum dan sesudah memberi dana.
KHUDDAKA
NIKAYA
PARABHAVA
SUTTA
Tentang 12 kemerosotan moral yaitu
1. menghindari
Dhammma
2. menyenangi
kejahatan
3. malas,
berfoya-foya
4. tidak
menyokong ibu dan ayah
5. berbohong
atau menipu brahmana atau petapa
6. tidak
suka membagi-bagi apa yang telah menjadi miliknya
7. sombong
atas keturunan suku, bangsa, kekayaan, dan merendahkan sanak keluarga.
8. Asusila,
minum-minuman keras, berjudi.
9. Tidak
puas dengan istri sendiri, berhubungan dengan pelacur
10. Memiliki
istri muda
11. Memuliakan
istri serakah yang suka menghambur-hamburkan harta
12. Memiliki
sedikit kekayaan tetapi memiliki banyak keinginan.
0 komentar:
Posting Komentar