15Kamis,November

SUTTA PITAKA


RINGKASAN SUTTA
Diggha Nikaya adalah kumpulan khotbah panjang sang Buddha yang terdiri dari 34 sutta, dibagi menjadi 3 vagga, (a) silakhanda vagga bagian moralitas yang terdiri dari 13 sutta (b) Maha vagga bagian besar yang terdiri dari 10 sutta dan (c) Pathika vagga bagian yang diawali dengan khotbah pathika dan pertapa telanjang terdiri dari 11 Sutta.
 
A.  Silakhanda Vagga
1.       Brahmajala Sutta
Dibabarkan: Sang Buddha kepada para bhikkhu di ambalatikka, Rajagaha
Latar belakang: perbincangan antara Suppiya Paribbajaka (menjelek-jelekan Sang Tiratana) dengan muridnya Brahmadatta (memuji-muji Sang Tiratana).
Intinya:
a.       Sang Buddha mengatakan bila seseorang menghina Tri Ratna janganlah kamu membenci, dendam atau memusuhinya, karena akan menghalangi pembebasan diri tetapi harus menyatakan apa adanya
b.      Bila seseorang memuji Tri Ratna janganlah kamu bangga, gembira dan bersuka cita, karena akan menghalangi pembebasan diri tetapi harus menyatakan apa adanya
c.       Sang Buddha menguraikan tentang cula sila, majjhima sila, dan maha sila
d.      Sang Buddha menjelaskan tentang 62 pandangan salah yang banyak dianut oleh orang di dunia, yaitu:
1.      18 pandangan masa lampau
a)      4 pandangan eternalis yaitu atta dan loka adalah kekal (Sasatta ditthi)
b)      4 pandangan semi eternalis yaitu atta dan loka sebagian kekal dan sebagian tidak kekal (Ekaccha Sasatha Ditthi)
c)      4 pandangan ekstensionis yaitu pandangan yang menyatakan bahwa atta dan loka terbatas dan tidak terbatas (antananta ditthi)
d)     4 pandangan yang berbelit-belit yaitu pandangan yang menjawab pertanyaan secara berbelit-belit, membingungkan (amaravikkhepika vada).
e)      2 pandangan tentang asal mula segala sesuatu terjadi secara kebetulan (addicchasamupana vada).
2.       44 pandangan yang berkaitan dengan masa yang akan datang
a)      16 pandangan setelah meninggal atta kesadaran tetap ada (uddhamagathanika sannavada)
b)       8 pandangan setelah meninggal atta tanpa ada kesadaran (uddhamagathanika asanivada)
c)      8 pandangan setelah meninggal atta ada kesadaran dan tidak ada kesadaran (uddhamaghatanika nevasanninasannivada)
d)     anihilasi: 7 pandangan yang menyatakan bahwa pandangan/kesadaran itu hancur, lenyap, binasa (ucchedavada)
e)      5 pandangan tentang pencapaian kebahagiaan mutlak dalam kehidupan sekarang (ditthidhamma nibbanna vada)
Ada empat jenis tumimbal lahir, yaitu:
1.      jalabuja yoni: melalui kandungan
2.       andaja yoni: melalui telur
3.      sansedaja yoni: melalui kelambanan
4.      oppapatika yoni: secara spontan

Pada akhir uraian para bhikkhu menanyakan tentang khotbah ini dan sang Buddha menjawab dapat dinamakan Atthaja, Dhammajala, Brahmajala, Ditthijala, atau Sangama vijano.

2.      Samanna Phala Sutta
Dibabarkan: Sang Buddha kepada raja ajatasathu di hutan (ambavana) milik jivaka komarabaccha di rajagaha
Latar belakang: pertanyaan raja ajatasathu tentang faedah yang nyata dari kehidupan seorang samana
Intinya: sang Buddha menjelaskan pahala seorang samana pada masa sekarang ini, yaitu:
a.          ia memiliki sila yang sempurna
b.          memiliki pengendalian terhadap indera
c.          memiliki perhatian murni dan perhatian jelas
d.         mempunyai kepuasan terhadap empat kebutuhan pokok
e.          mempunyai pikiran yang bebas dari nafsu keinginan
f.     memperoleh/mencapai jhana
g.          mempunyai pengetahuan tinggi (vijja)

raja ajatasatthu menceritakan beberapa pendapat pertapa yang lain , yaitu:
a.       purana kassapa
Ia menerangkan teori Akiriyavadda (tiada perbuatan) dalam perbuatan dana, mengendalikan diri, menjaga indera-indera dan berbicara benar, tiada suatu tindakan dari perbuatan itu, atau dengan kata lain tiada penambahan kebajikan
b.      Makkhali Gosala
Ia menerangkan teori tentang samvara suddhi (penyucian melalui proses samvara). Bahwa seseorang yang mengembara dalam samvara pada akhirnya akan terbebas dari penderitaan selama batas waktu tertentu. Ia juga menerangkan bahwa tidak ada sebab ataupun dasar dari adanya makhluk-makhluk.
c.        ajita kesakambala
Ia menerangkan teori ucchedavada (pemusnahan). Hal ini diterangkan bahwa ornagn bodoh dan bijaksana adalah sama, setelah mati mereka akan hancur, musnah dan selanjutnya tidak ada kelahiran kembali, tidak ada yang dinamakan sedekah, pengorbanan/persembahan, dunia ini, dunia sana, ayah, ibu, kelahiran mellaui rahim, orang tua dan tiada pertapa yang mencapai kesempurnaan.
d.       pakuddha paccayana
Ia menerangkan suatu pendapat yang sama sekali menyimpang dari persoalan itu. Bahwa tujuh kelompok dasar tidak dibuat, diciptakan, tidak menghasilkan, tidak bergerak, tidak berkembang, tidak menyebabkan keenakan, kesakitan maupun keduanya. Ketujuh kelompok dasar itu adalah tanah, air, api, udara, kenikmatan, kesakitan dengan factor kehidupan sebagai yang ketujuh.
e.        Nigantha Nataputta
Ia menerangkan teori pengendalian diri/Catuyama samvara, yaitu:
1.       seorang nigantha hidup mengendalikan diri dari semua air-bebas dari iaktan/penderitaan (nigantha)
2.       seorang nigantha menggunakan air, seseorang yang batinnya telah berada dalam pencapaian tujuan (Gatthato)
3.       seorang nigantha menyingkirkan semua air, orang yang batinnya telah terkendali (Yatthato)
4.       seorang Nigantha melumuri semua air, orang yang batinnya terpusat (Thitato)
f.     sanjaya belathaputta
ia menerangkan pandangannya yang berbelit-belit tentang apakah ada/tiak/bukan ada dan bukan tidak ada  dunia lain, makhluk opapatika, dari hasil perbuatan baik dan buruk, setelah meninggal adanya kehidupan atau tidak.

Pengetahuan tinggi terdiri dari:
1.       pubbenivasas nusatinana: kemampuan melihat tumimbal lahir berulang-ulang
2.       vippasana-nana: kemampuan/pengetahuan tentang hakikat kehidupan ini
3.       manomaya-iddhi: kekuatan menciptakan pikirannya untuk kepentingan sendiri
4.       Dibba-cakkhu: kemmapuan untuk melihat alam lain dan melihat muncul lenyapnya makhluk-makhluk
5.       Dibbasota: kemampuan untuk mendengarkan semua makhluk dari alam lain
6.       iddhividdhi: kesakitan yang masih bersifat duniawi
7.       ccetto-pariyannana: kemampuan untuk membaca pikiran orang lain
8.       asavakayanana: kemampuan untuk menghancurkan kekotoran batin

raja ajatasathu meninggal tempat dan tidak memiliki Mata Dhamma (Dhamma-Cakkhu) karena telah membunuh ayah sendiri hanya merasa amat terpengaruh dan hatinya tersentuh.

3.  Ambattha Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada brahmana ambattha di hutan icchanankhala
Berkenaan: ambattha diperintahkan brahmana pokharasadi (gurunya) untuk menyelidiki ke-32 tanda sang Buddha, apakah sesuai atau tidak.
Intinya:
a.         Menelusuri garis keturunan dari ambattha yang berasal dari Kanhayana, dijelaskan bahwa nenek moyang dari ambattha adalah suku kanhayana yang apda waktu itu merupakan pelayan dari raja okkaka dan menikah dengan putrid dari raja okkaka yang bernama kudarupi dan tidak lain adalah nenek moyang dari suku sakya.
b.         Adanya empat kasta yang berlaku pada masa itu dan seperti yang dikatakan oleh ambattha kepada sang Buddha dengan kata-kata sebagai berikut “Gotama, ada empat kasta (Vanna) yaitu: khattiya, brahmana, vessa, dan suddha dan diantara keempat kasta ini, gotama, tiga kasta yaitu katiya, vessa dan suddha sesungguhnya adalah eplayan dari kaum brahmana. Dari kata-kata ini jelaslah bahwa kaum brahmana dianggap sebagai kaum yang paling terhormat dalam system kemasyarakatan pra buddhis atau kemasyarakatan kaum brahmana.
c.         Menanggapi pernyataan ini kemudian oleh sang Buddha dijelaskan bahwa orang akan mencapai kesempurnaan tidak ada hubungannya dengan kelahiran, keturunan, perkawinan dan kepahaman, tetapi dari kesempurnaan pengetahuan dan kesucian tingkah laku, selain itu sang Buddha juga menjelaskan tentang kesempurnaan sila, penjagaan pada pintu indria. Merasa puas dengan ke 4 kebutuhan pokok seorang samana (sadhara santhuti), panca nivarana dan dhamma secara berurutan serta dhamma yang hanya diperoleh oleh seorang Buddha.
d.        Panca nivarana: kammachanda, Byapada, Thina-middha, Udhaca-kukucha, vichikicca.
Pada kahir pokkarasadi memuji sang Buddha dan menyatakan perlindungan kepada tri ratna beserta keluarganya.

4.  Sonadanda Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada brahmana sonadanda ketika berada di danau ganggara di campa negeri anga
Berkenaan: pertanyaan sonadanda tentang sifat apa yang saja yang dimiliki seseorang agar dapat diakui sebagai brahmana
Inti:
a.         Sang Buddha menjelaskan syarat-syarat seseorang dapat di akui sebagai brahmana
b.        Menjelaskan 3 kategori moralitas (cula sila, majjhima sila, dan maha sila)
c.         Pencapaian 4 jhana serta kecakapan 8 jenis pengetahuan yang lebih tinggi, yaitu:
  Vipasananana: pandangan terang
  manomaya iddhi: menciptakan dengan kekuatan pikiran
  iddhividdhi: perbuatan-perbuatan jasmani
  dibbasota: telinga dewa
  cetopariyanana: membaca pikiran
  pubbenivasanusatinana: mengingat kehidupan lampau
  dibbacakkhu: mata dewa
  asavakayanana: penghancuran kekotoran bati

5.  Kutadanda Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada brahmana kutadanda di mangga di kerajaan magadha
Berkenaan: pertanyaan brahmana kutadanta tentang upacara pengorbanan
Intinya:
Sang Buddha memberikan wejangan tentang upacara pengorbanan yang mudah dilaksanakan serta menghasilkan pahala yang besar dan kemajuan yang lebih baik, yaitu:
a.              melakukan dana secara terus-menerus kepada samana yang melaksanakan sila
b.             membangun tempat-tempat suci atau vihara
c.              berlindung kepada sang tiratana
d.             dana yang dilakukan dengan melaksanakan sila
e.              melaksanakan meditasi sehingga mencapai jhana-jhana I, II, III, dan IV serta menaklukkan sepuluh belenggu-belenggu batin (dasa samyojana).
Pada akhir khotbah brahmana kutadanda berlindung kepada tri ratna serta mencapai tingkat sotapana.

6.  Mahali Sutta
Dibabarkan: sang Buddha mahali otthaddha penguasa Licchavi ketika berada di kutagara sala, mahavana, vesali
Latar belakang: berkenaan dengan para wakil brahmana dari kosala dan magadha yang mengunjungi sang Buddha dan mengulang kembali pernyataan sunnakatha licchavi putta “walaupun hanya 3 tahun saya dibimbing sang Buddha dengan melihat makhluk-makhluk surga, menyenangkan, memuakan keinginan, mempesona tetapi saya tidak dapat mendengar suara surgawi dari makhluk-mkhluk tersebut.
Inti:
a.         Sang Buddha menjelaskan secac sunnakatha tidak dapat mendengarkan suara karena dalam meditasinya dia hanya mengembangkan satu cara tertentu (ekasambhavito) dengan objek melihat makhluk-makhluk surgawi pada satu arah tertentu
b.        Bila seseorang melaksanakan meditasi dengan objek berpasanagn melaihat dan mendengar pada salah satu arah maka ia dapat melihat makhluk surgawi dan mendengar suara-suara surgawi
c.   Ada hal yang lebih tinggi dan mulia yang dilaksanakan para bhikkhu:
  seorang bhikkhu yang mampu melenyapkan samyojana dan mencapai tingkat-tingkat kesucian
  seorang yang mampu merealisasikan jalan berunsur delapan (athangika magga)
  seorang yang meninggalkan keduniawian dan mengendalikan diri sesuai patimokkha
  seorang bhikkhu yang dapat melihat bahaya dalam kesalahan-kesalahan yang paling kecil sekalipun
  seorang bhikkhu yang menyempurnakan perbuatan dan ucapannya
  seorang bhikkhu yang terjaga pitu-pitu inderanya
  seorang bhikkhu yang mempunyai perhatian murni dan pengertian jelas
  seorang bhikkhu yang merasa puas
d.         Seorang bhiikhu yang mempunyai sila sempurna:
  menahan diri dari pembunuhan
  menjauhi dusta, bicara kasar, dusta, fitnah…
  menahan diri tidak merusak benih-benih dan tumbuh-tumbuhan
  menahan diri untuk tidak ikut dalam pertunjukkan (permainan acrobat, adu banteng, pertandingan tinju, gulat)
  menahan diri untuk tidak terikat dengan aneka permainan (permainan catur dengan papan berpetak, permainan lempar dadu, menebak pikiran teman bermain)
  menahan diri untuk tidak menggunkan aneka macam tempat tidur yang besar dan mewah (seprai dari wol, seprei dengan sulaman permata, sutra, selimut kulit kijang yang dijahit, dll)
  menahan diri dari pemakaian perhiasan dan alat-alat untuk memperindah diri (pemerah pipi, kalung, bedak wangi, dll)
  menahan diri dari percakapan-percakapan yang rendah (percakapan tentag hantu-hantu jaman dulu, perccakapan tentang wanita, percakapan tentang wangi-wangian, dll)
  menahan diri dari tindakan-tindakan peniluan (meramal tanda-tanda untuk memperoleh keuntungan)
  menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara yang salah melalui ilmu-ilmu rendah (meramal dengan melihat guratan tangan, meramal dengan membaca alamat, meramal dengan membaca tanda mimpi, dll)
e.             Sang Buddha menjelaskan apabila seorang bhikkhu dapat melaksanakan latihan secraa bertahap akan memperoleh:
  Jhana I
  Jhana II
  Jhana III
  Jhana IV
  Iddhi viddha
  Dibbsota
  Dibbacakkhu
  Pubbenivasanusatinana
  Asavakayanana

7. Jaliya Sutta
dibabarkan: sang Buddha kepada petapa pengembara Mandissa/Mundiya dan pertapa hidup dari Patta Jaliya saat berada di ghositarama, Kosambi
berkenaan: pertanyaan apakah jiwa sama ddengan jasmani, atau jiwa adalah hal lain dan jasmani adalah hal yang lain
Inti:
1.      sang Buddha menerangkan pembebasan tidak akan mempertimbangkan tentang jiwa dan tubuh jasmani lebih ditekankan pada sila/moral dan pengetahuan yang sempurna
2.      purana kassapa menerangkan tiada perbuatan (akiriyavada) suatu tindakan jahat/baik akibat dari perbuatan itu, tidak ada penambahan kesalahan
3.      makhali gosala, ajita kesakambala, pakudha kaccayana, nigantha nataputta, dan sanjaya belathaputta (sama dengan samanaphala sutta)
4.      sang Buddha membabarkan tentang lima rintangan (pancanivarana) belum disingkirkan, seorang bhikkhu merasakan dirinya seperti orng yang berhutang, terserang penyakit, dipenjara, menjadi budak, melakukan perjalanan di padang pasir
5.      setelah lima rintangan itu di singkirkan, maka seorang bhikkhu merasa dirinya seperti orang yang telah bebas dari hutang, bebas dari penyakit, keluar dari penjara, bebas dari perbudakan samapi di tempat yang aman.
6.      demikianlah ia mengerti: tubuhku ini mempunyai bentuk, terdiri atas empat usur pokok (maha bhuta), berasal dari ayah dan ibu, timbul dan berkembang karena perawatan yag terus-menerus, bersifat tidak kekal, dpaat mengalami kerusakan, kelapukan, kehancuran, kematian, begitu pula halnya dengan kesadaran (vinnana) yang terikat dengannya.
7.      pertapa pengembara mandisso dan pertapa hidup dari Patta jaliyo menjadi gembira.

Pada akhir khotbah Otthaddho Licchavi menjadi gembira

8.  Mahasihanada Sutta
Dibabarkan: sang Buddha ketika sedang berdiam di taman rusa kannakathala di urunna
Latar belakang: pertapa telanjang kasssapa mendatangi sang Buddha dan mengatakan bahwa samana dan brahmana yang sejati hanyalah pertapa yang menjalankan kehidupoan ekstrim.
Inti:
1.        syarat-syarat seseorang dikatakan seorang dan brahmana yang sejati
2.        sang Buddha menjelaskan kesia-siaan penyikasaan diri yang ekstrim/ keras dan menyatakan bahwa seseorang pertapa/samana harus terampil dalam moralitas, konsentrasi, pengetahuan dan pengembangan cinta kasih, berdiam dalam kebebasan pikiran dan lewat pengetahuan
pada akhir khotbah kassapa memutuskan untuk bergabung dengan sang Buddha.

9.  Pothapada Sutta
Dibabarkan: sang Buddha ketika berada di vihara anathapindika di hutan jeta, di savathi
Latar belakang: pertapa potthapada bertanya tentang lenyapnya kesadaran (sanna) dan ingin mengetahui sejati yang  benar-benar membawa ke alam brahma.
Inti: praktek-praktek menjalankan sila, dan pengembangan konsentrasi yang menghasilkan muncul dan lenyapnya jhana-jhana secara berurutan, pengembangan cinta kasih, kasih saying, kegembiraan yang bersimpati, dan kesenangan terhadap semua makhluk.

10.  Subha Sutta
Berkenaan: setelah sang Buddha parinibbana dan dibabarkan oleh bhikkhu ananda ketika berada di jetavana milik anatahapindika di savathi.
Latar belakang:pertanyaan subha todeyya-putta tentang hal-hal apa yang mulia gotama biasa puji, hal mana yang beliau gunakan untuk memotivasikan, membangun mereka dan membuat mereka yakin.
Inti: bhikkhu ananda menjelaskan ada tiga kelompok yang biasanya dipuji oleh bhagava, yang digunakan belaiau untuk memotivasikan, membangun serta meyakinkan mereka. Apakah tiga hal itu? Itu adalah kelompok sila ariya (silakhanda), kelompok meditasi ariya (samadhika), dan kelompok kebijaksanaan ariya (pannakahanda).
Pada akhir khotbah subba todeyya putta memuji sang Buddha dan menyatakan perlindungan kepada Tri ratna.

11. Kevadda Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada kevaddha di pakatika nalanda
Berkenaan: permohonan upasaka kevaddha agar sang Buddha memerintahkan kepada murid/siswanya untuk menunjukkan kekuatan batin yang melebihi manusia biasa.
Intinya:
Sang Buddha memberikan uraian-uarian tentang 3 macam kejaiban:
1.            keajaiban mengesankan (iddhi patihariya)
kemampuan untuk merubah diri menjadi banyak atau sebaliknya, menghilang diri dan muncul, berjalan di air, duduk di angkasa dan lain sebagainya.
2.            keajaiban membaca pikiran orang laian (Ceto pariyanana)
kemampuan untuk membaca pikiran dan perasaan orang lain.
3.            keajaiban ajaran
kemampuan untuk mengajarkan dhamma sehingga bisa merealisasikan kebahagiaan tertinggi (nibbana).

Pada akhir khotbah upasaka kevaddha menjadi senang dan gembira.

12.  Lohica Sutta
Dibabarkan: sang Buddha ketika berada di salavatika, di daerah kosala
Latar belakang: berkenaan dengan brahmana lohicca memiliki pandangan salah tentang bila mengatakan sesuatu kepada orang lain akan sama dengan seseorang yang telah memutuskan suatu ikatan dan akan menyambungkannya kembali. Begitu pula, saya nyatakan tentang hal ini (keinginan untuk memberi tahu orang lain), adalah suatu bentuk keserakahan yang buruk (papakam-lobha-dhamma).
Inti: sang Buddha menjelaskan: (1) bila memiliki pandangan salah maka hanya ada dua kelahiran akan datang baginya, yaitu kelahiran kembali di neraka atau sebagai binatang, (2) tentang tiga macam guru yang tercela dan terpuji, yiatu:
(a)     ada guru yang ia sendiri belum mencapai tujuan dari ke-samana-an yang demi itu ia meninggalkan kehidupan rumah tangga menjadi pabbajita. Tanpa mencapai sendiri pencapaian itu, ia mengajar dhamma kepada para pendengar dengan berkata: ‘ini bermanfaat bagi anda, ini akan membahagiakan anda. Sedangkan para mendengar tidak mendengarkannya atau tidak memperhatikan apa yang dikatakannya atau batinnya tidak mantap setelah mmengatahui hal itu, mereka melakukan apa yang mereka pikirkan yang berebda dengan ajaran guru mereka. Guru seperti ini pantas dikritik berdasarkan fakta-fakta ini
(b)     ada guru yang ia sendiri belum mencapai tujuan ke-samana-an yang demi itu ia meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi pabbajita tanpa mencapai sendiripencapaian itu, ia mengajar dhamma kepada para pendengar dengan berkata “ini membahagiakan anda, para pendnegar mendengarkannya, memperhatikan pa yang dikatakannya atau batin mereka mantap setelah mereka mengrti apa yang dikatakannya, apa yang mereka lakukan adalah tidak berbeda dengan apa yang diajarkan guru mereka.
(c)     Ada guru yang telah mencapai tujuan dari ke-samana-an yang demikian itu ia meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi pabbajita. Setelah mencapai sendiri pencapaian itu, ia mengajar dhamma kepada para pendengar dengan berkata “ini bermanfaat bagi anda, ini kan membahagiakan anda, namun para pendnegar tidak mendengarkannya, tidak emmperhatikan apa yang dikatakannya, atau batin mereka tidak mantap setelah mereka mengetahui hal itu, apa yang mereka lakukan adalah berbeda dengan yang diajarkan guru mereka. Guru ini pantas dikritik berdasarkan fakta-fakta ini.
Pada akhir khotbah brahmana lohicca memuji dan menyatakan perlindungan kepada Tri Ratna sebagai upasaka.

13. Tevijja Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada vassetta dan bharadvaja di manasakata, tinggal di taman mangga di tepi sungai aciravati, tepatnya di utara manasakata.

Berkenaan: muncul percakapan tentang jalan benar dan jalan salah untuk keselamatan dan akan membimbing siapa saja yang melaksanakan untuk bersatu dengan brahma (brahma sahavyataya). Keterangan dari vasetta hal ini telah dinyatakan oleh brahmana pokkarasadi sedangkan bharadvaja dinyatakan oleh brahmana tarukkho.

Intinya:
Sang Buddha menerangkan tentang lima hal yang mengarah pada nafsu, yang disebut dalam vinaya ariya sebagai rantai atau ikatan yaitu benda-benda (rupa) yang dapat dilihat oleh mata, suara-suara yang didengar oleh telinga, bebauan yang dicium oleh hidung, rasa-rasa yang dikecap oleh lidah, sentuhan-sentuhan yang dirasakan oleh tubuh yang diinginkan, sesuai, menyenangkan, menarik yang disertai oleh nafsu dan menyebabkan kesenangan.
Ada lima rintangan (nivarana) yang dlam vinaya ariya disebut perintang, penghalang, pengganggu atau penjerat, yaitu:
1.      nafsu indera sebagai perintang
2.      kebencian sebagai perintang
3.      malas dan ngantuk sebagai perintang
4.      keragu-raguan sebagai perintang
5.      kegelisahan sebagai perintang.

Sang Buddha mengajarkan kebenaran (Dhamma) yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan, dan indah pada akhir dalam isi maupun bahasanya.Beliau mengajarkan penghidupan suci (brahmacariya) yang sempurna dn suci. Setelah menjadi bhikkhu, hidup mengendalikan diri sesuai dengan peraturan-peraturan bhikkhu (patimokkha), sempurna kelakuan dan latihannya, dapat melihat bahaya dalam kesalahan-kesalahannya, dpat melihat bahaya dalam kesalahan-kesalahan yang paling kecil sekalipun.

Ia menyesuaikan dan melatih dirinya dalam peraturan-peraturan. Menyempurnakan perbuatan-perbuatan dan ucapannya. Suci dalam cara hidupnya, kesempurnaan silanya, terjaga pintu-pintu inderanya.

Ia memiliki perhatian-perhatian seksama dan pengertian jelas (sati sampajana) dan hidup puas. Memusatkan perhatian pada pencerapan terhadap cahaya (alokasanni), lima rintangan batin (panca nivarana) sehingga mencapai jhana pertama, suatu keadaan batin yang tergiur dan bahagia (piti Sukha), yang timbul dari kebebasan, yang masih disertai dengan pengarahn pikiran pada objek (vittakha) dan mempertahankan pikiran pada objek (vicara). Seluruh tubuhnya dipenuhi, digenangi, diresapi dan diliputi dengan perasan tergiur dan bahagia, yang timbul dari kebebasan dan tidak ada satu bagian pun dari tubuhnya yang tidakdiliputi perasaan teriur dan bahagia itu, yang timbul dari kebebasan (viveka).

Mengembangkan batinnya dengan pikiran yang penuh cinta kasih (metta) ke seperempat bagian dunia, kesetengah dunia, ke tiga seperempat dunia dan keseluruhan dunia. Kemudian ia mengembangkan batinnya dengan pikirannya yang penuh dengan kasih saying (karuna) keseperempat bagian dunia, kesetengah dunia, ketiga perempat dunia dan seluruh dunia. Dengan demikian seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan dimana saja, ia secara terus menerus mengembangkan kasih sayangnya, hingga jauh bertambah luas hingga tak terbatas. Kemudian ia mengembangkan batinnya dengan pikirannya yang penuh dengan empati (mudita) ke keseperempat bagian dunia, kesetengah dunia, ketiga perempat dunia dan seluruh dunia, Dengan demikian seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan dimana saja, ia secara terus menerus mengembangkan empatinya hingga jauh bertambah luas hingga tak terbatas. Kemudian ia mengembangkan batinnya dengan pikirannya yang penuh dengan upekkha (keseimbangan batin) ke keseperempat bagian dunia, kesetengah dunia, ketiga perempat dunia dan seluruh dunia, Dengan demikian seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan dimana saja, ia secara terus menerus mengembangkan keseimbangan batinnya hingga jauh bertambah luas hingga tak terbatas.

Pada akhir khotbah brahmana vasettha dan bharadvaja memuji dan menyatakan berlindung kepada tri ratna.

B.  Maha Vagga
14.  Maha Padana Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada para bhikkhu di kareri kuti jetavanarama, savatthi
Berkenaan: pembicaraan tentang sebab akibatpada kehidupan lampau.
Intinya:
1.   sang Buddha menjelaskan tentang kemampuan mengingat dan mengulang kembali semua fakta kehidupan berkat penembusan dan kekuatan para dewa
2.  sang Buddha menguraikan kisah secara lengkap tantang nsag Buddha Vipasi
3.  sang Buddha menguraikan tentang kemunculan Buddha vipasi, Buddha sikkhi, Buddha vesabhu, Buddha kakusandhu, Buddha konagamana, Buddha kassapa dan Buddha gotama, yang disertai dengan uraian tentang:
a.       Kappa (massa)
b.      Golongan sosial
c.       Keluarga
d.      Usia
e.       Pohon penerangan (pohon boddhi)
f.       Dua murid utama
g.      Jumlah pengikut pertemuan agung (Sanipatta)
h.      Bhikkhu pembantu (bhikkhu upagatambaka)
i.        Ayah
j.        Ibu
k.      Kelahiran dari kerajaan.

Dengan beberapa keterangan sebagai berikut:
a.    Buddha vipasi (91 Kappa)
b.     Buddha sikkhi (31 Kappa)
c.    Buddha vesabhu (31 Kappa)
d.   Buddha kakusandha (masa bumi sekarang)
e.    Buddha konagamana (masa bumi sekarang)
f.     Buddha kassapa (masa bumi sekarang)
g.    Buddha gotama (masa bumi sekarang)
Pada akhir khotbah para bhikkhu merasa gembira dan bersuka cita.

15.    Maha Nidana Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada para bhikkhu di kota Kamassodhamma-kuru
Berkenaan: pernyataan bhikkhu ananda bahwa ajaran paticca samuppada begitu mudah.
Intinya: sang Buddha menrangkan tentang suatu rangkaian mendalam tetapi mudah ditelaah.
Hukum paticca samuppada yang terdiri atas 12 mata rantai (Nidana) tentang kondisi-kondisi dalam sebab musabab yang saling bergantungan, yaitu:
Avijja (kegelapan batin), Sankhara (bentuk-bentuk kamma), Vinnana (kesadaran), Nama-rupa (batin dan jasmani), Salayatana (enam landasan indera), Phassa (Kontak), Vedana (perasaan), Tanha (nafsu keinginan), Upadana (kemelekatan), Bhava (penjelmaan/penjadian), Jati (kelahiran), Jaramarana (kematian dan kelapukan:
).
Dasar ajaran paticca samuppada adalah:
“dengan adanya ini, adanya itu, dengan timbulnya ini maka timbullah itu, dengan tidak adanya ini maka tidak adanya itu, dengan 12 mata rantai (Nidana) yaitu:
1.      sang Buddha memberikan nasehat kepada bhikkhu ananda bila tidak dapat menembus ajaran paticcasamupada maka generasi yang akan datang menjadi kacau seperti benang kusut
2.      sang Buddha menjelaskan rangkaian hokum paticcasamuppada
3.      sang Buddha menjelaskan proses perwujudan adalah sebab kelahiran.
Macam perwujudan:
a.       proses perwujudan nafsu (Kama Bhava)
b.      proses perwujudan jasmani (Rupa Bhava)
c.       proses perwujudan tanpa jasmani (Arupa bhava)
4.      kemelekatan adalah sebab perrwujudan.
Macam-macam kemelekatan:
a.       kemelekatan terhadap nafsu indera (kama upadana)
b.      kemelekatan terhadap pandangan salah (ditthi upadana)
c.       kemelekatan terhadap upacara (silabata upadana)
d.      kemelekatan terhadap ajaran-ajaran tentang adanya jiwa yang kekal  (atta upadana)
e.       nafsu keinginan adalah sebab kemelekatan. Nafsu keinginan terhadap objek penglihatan, bunyi, bau, rasa, sentuhan dan bentuk-bentuk pikiran
f.       perasaan adalah sebab nafsu keinginan. Perasaan yang timbul karena kontak melalui mata, telinga, hidung, lidah, badan jasmani dan pikiran.
Sang Buddha menjelaskan ada tujuh tingkat kesadaran:
1.      makhluk yang berbeda tubuhnya dan pencerapannya (manusia, dewa, dan makhluk neraka)
2.      makhluk yang sama tubuhnya tetapi berbeda pencerapannya (dewa alam abhasara)
3.      makhluk yang berbeda tubuhnya tetapi sama pencerapannya
4.      makhluk-kmakhluk yang sama tubuhnya dan sama pencerapannya, misalnya alam dewa subhakinha
5.      makhluk yang telah melampaui semua pencerapan tentang jasmani, pencerapan tentang ketidaksenangan. Mengalihkan perhatian dari bermacam-macam pencerapan dan berikir “ruangan tanpa bats” mencapai laam ruanagn tanpa bats
6.      makhluk yang melampaui alam ruang tanpa batas  berfikir “kesadaran tanpa bats” mencapai alam kesadaran tanpa bats
7.      makhluk-makhluk yang melampauialam kesadaran tanpa batas berfikir, tanpa ada sesuatu mencapai alam kekosongan
sang Buddha menjelaskan terdapat dua alam yang tidak menyenangi kesenangan, yaitu:
1.      alam makhluk-makhluk tanpa kesadaran (Asanna-satta)
2.      alam makhluk-makhluk bukan pencerapan atau bukan tanpa pencerapan
sang Buddha juga menjelaskan delapan macam kebebasan (Attha Vimutto).
16.  Maha Parinibbana Sutta
Dibabarkan: sang Buddha kepada patih vassakara di bukit gijjhakutta, rajagaha
Berkenaan: perintah raja ajatasathu kepada patih vassakara untuk meminta nasehat sang Buddha sebelum berperang melawan suku vajji.
Intinya:
Sang Buddha memberikan khotbah tentang beberapa aspek yang paling mendasar dan penting dalam ajaran sang Buddha yaitu:
a.       tujuh syarat kesejahteraan suatu bangsa:
1.      sering berkumpul mengadakan musyawarah
2.      dalam musyawarah selalu menganjurkan perdamaian
3.      menetapkan peraturan baru dan meneruskan peraturan yang lama
4.      menunjukkan rasa hormat dan bhakti kepada orang yang lebih tua.
5.      melarang keras adanya penculikan-penculikan terhadap wanita-wanita dari keluarga
6.      menghormati tempat-tempat suci
7.      menghormati orang-orang yang patut di anggap suci
b.      tujuh syarat kesejahteraan bagi para bhikkhu:
1.      sering berkumpul dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat
2.      dalam pertemuan itu selalu menganjurkan persatuan dan kesatuan serta perdamaian
3.      tidak menetapkan peraturan baru danmneghapus peraturan yang lama
4.      selalu berbuat sesuai vinaya
5.      menghormati dan berbakti kepada bhikkhu yang lebih tua
6.      menyenangi hutan sebagai tempat tinggal yang lebih tenang
7.      mengembangkan pikiran yang baik dengan rekan sepenghidupan.
c.       tujuh sifat baik:
1.      keyakinan
2.      rasa malu untuk berbuat jahat
3.      rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat
4.      banyak pengetahuan
5.      keteguhan batin
6.      perhatian yang kuat
7.      kebijaksanaan
d.      tujuh macam pencerapan:
1.      memiliki pengetahuan tentang ketidakkekalan (anicca)
2.      mengembangkan pengertian tentang ketanpa akauan (anatta)
3.      mengembangkan pengertian tentang ketidakindahan tubuh
4.      mengembangkan pelenyapan pandangan salah
5.      mengembangkan pelenyapan kekotoran batin
6.      mengembangkan pelenyapan nafsu
7.      mengembangkan penghentian dukkha.
e.       enam syarat yang harus diingat:
1.      saling mengasihi dan menyayangi dalam perbuatan
2.      saling mnegasihi dan menyayangi dalam ucapan
3.      saling mengasihi dan menyayangi dalam pikiran
4.      memebagi perolehan dengan adil
5.      melaksanakan kehidupan suci dengan sila yang tidak dilanggar/tidak ternoda
6.      mengembangkan pandangan benar untukmelenyapkan penderitaan
f.       tujuh factor penerangan sejati
1.      perhatian (sati)
2.      penyelidikan dhamma (dhammma vicaya)
3.      bersemangat (viriya)
4.      kegiuran dalam meditasi (piti)
5.      ketenangan (passadi)
6.      meditasi (samadhi)
7.      keseimbangan batin (upekkha)
g.      raungan singa sariputta
dalam akhir khotbah ini bhikkhu sariputta mengungkapkan raungan singa sariputta, yaitu ungkapan keyakinan bhikkhu sariputta kepada sang bhagava akan pencapaian penerangan sempurna
h.      kesunyataan mulia (Ariya Sacca)
1.      dukkha ariya sacca (kesunyataan mulia tentang dukkha)
2.      dukkha samudaya ariya sacca (kesunyataan mulia tentang asal mula/sebab dukkha)
3.      dukkha niroda ariya sacca (kesunyataan mulia tentang lenyapnya dukkha)
4.      dukkha nirodha gamini patipada ariya sacca (kesunyataan mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha) Yaitu jalan tengah berunsur delapan, yaitu:
a)      Samma ditthi: pandangan benar
b)      Samma sankhapa: pikiran benar
c)      Samma vacca: ucapan benar
d)     Samma kammanta: perbuatan benar
e)      Samma ajiva: mata pencaharian benar
f)       Samma vayama: usaha benar
g)      Samma sati: perhatian benar
h)      Samma samadhi: samadhi benar
i.        delapan sebab gempa bumi
1.      bumi yang luas terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada diangkasa. Apabila udara bertiup maka zat cair tergoncang. Kegonjangan zat cair ini menyebabkan bumi bergetar (terbentuknya bumi/dunia)
2.      apabila seorang pertapa mempunyai kekuatan batin yang besar, seseorang yang telah memperoleh kekutan untuk mngendalikan pikirannya, mengembangkan pemusatan pikiran yang hebat pada unsure bumi dan pada suatu tingkatan yang tak terbatas pada unsure zat cair, ia juga dapat menyebabkan bumi bergetar
3.      ketika boddhisatva meninggalkan surga tusita dan lahir melalui rahim seorang ibu yang penuh pengertian dan perhatian besar
4.      ketika sang boddhisatva lahir
5.      ketika boddhisatva mencapai kesempurnaan, yang maha sempurna, tak ada yang menyamainya dan sungguh luar biasa kesempurnaanya
6.      ketika sang Buddha memutar dhamma cakka (roda dhamma)
7.      ketika sang Buddha bertekada meneruskan hidupnya
8.      ketika sang Buddha maha parinibbana
j.        permohonan mara
mara memohon kepada sang Buddha agar segera mengakhiri hidupnya.
Sang Buddha menjawab: “sebelum para bhikkhu/bhikkhuni/upasaka/upasika menjadi siswa-siswaku yang benar-benar bijaksana dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang benar-benar cakap, terpelajar, memelihara dhamma, hidup sesuai dengan dhamma, berpegang teguh pada pimpinan yang telah ditetapkan, telah mempelajari kata-kata sang guru, dapat menerangkan, mengkhotbahkannya, mengumumkannya, menyusun, mengartikannya, menerangkan secara seksama, membuatnya menjadi jelas, dapat memberikan penjelasan secara sempurna sehingga menimbulkan keyakinan pada setiap orang bahwa dhamma dapat membawa kebebasan terakhir/nibbana.
Mara: pembawa kematian, nafsu, godaan, tabiat buruk/sifat yang jahat.
Lima macam mara: pancakhanda, aktivitas kamma, kematian, kekotoran batin, makhluk yang menyerupai dewa.
Pasukan mara terdiri dari:nafsu indera, ketidakpuasan, kelaparan, nafsu keinginan, mengantuk, sifat pengecut, ketidakpastian, sifat keras kepala, dapat pujian yang sebenarnya tak diperoleh, memuji diri sendiri, dan menjelekkan orang lain.
k.      nasehat sang Buddha
“dharma merupakan pengetahuan langsung yang telah kuajarkan untuk dipelajari benar-benar, untuk memelihara benar-benar, mengembangkan serta mempraktekkan dhamma secara berulang-ulang”.
Dhamma yang telah ku ajarkan:
1.      empat usaha benar
a.       usaha yang rajin agar keadaan-keadaan yang jahat dan buruk tidak timbul pada diri seseorang
b.      usaha yang rajin menghilangkan keadaan-keadaan yang jahat dan buruk yang telah timbul pada diri seseorang
c.       usaha yang rajin menimbulkan keadaan-keadaan yang baik pada diri seseorang
d.      usaha yang rajin menjaga keadaan-keadaan yang baik yang telah timbul dan tidak membiarkan lenyap.
2.      empat dasar kekuatan batin
a.       kesadaran pada penyelidikan terhadap badan jasmani (kayanupasana)
b.      kesadaran pada penyelidikan terhadap perasaan (vedananupasana).
c.       Kesadaran pada penyelidikan terhadap pikiran (cittanupassana)
d.      Kesadaaran pada penyelidikan terhadap kesan-kesan pikiran (dhamma nupasana)
3.      lima bakat batin
a.       mempunyai bakat/keahlian dalam pemikiran akan memasuki jhana
b.      mempunyai bakat/keahlian dalam memasuki jhana
c.       mempunyai bakat/keahlian dalam menentukan waktu berapa lama hendak berada di dalam jhana
d.      mempunyai bakat/keahlian dalam pemikiran akan keluar dari jhana
e.       mempunyai bakat/keahlian dalam peninjauan jhana
f.        
l.        enam kekuatan batin
1.      kemampuan untuk meningat kelahiran yang lampau
2.      kemampuan untuk melihat alam-alam lain dan kesanggupan melihat muncul dan lenyapnya makhluk-makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan karmanya masing-masing
3.      kemampuan untuk membasmi kekotoran batin
4.      kemampuan untuk membaca pikiran orang lain
5.      kemampuan untuk mendengar suara-suara dari makhluk-makhluk yang berada di alam lain
6.      kekuatan magis
m.    cermin kebenaran
latar belakang: adanya kerisauan bhikkhu ananda yang kemudian menanyakan kepada sang Buddha bahwa setiap makhluk harus mengalami kematian
isi: sang Buddha menganjurkan kepada para siswa agar memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan pada kebenaran/sifat-sifat luhur dari sang Buddha, dhamma dan sangha.
Cermin kebenaran adalah sebagai suatu sarana untuk melihat kebenaran yang hakiki sehingga seseorang melalui pandangan benar dapat melihat hidup ini dengan sewajarnya. Sang Buddha memberikan khotbah cermin kebenaran ini bertujuan agar para siswa dapat mawas diri.
n.      4 tempat ziarah (Dharmayatra)
1.      tempat kelahiran pangeran siddharta gotama (Taman Lumbini)
2.      tempat pertapa Gotama pencapaian penerangan sempurna dan menjadi Buddha (Bodh Gaya)
3.      tempat dimana sang Buddha memutar roda dharma (Dhamma cakka) di taman rusa isipatana, Benares
4.      tempat sang Buddha mencapai maha parinibbana (di kusinara).
o.      cara menghormat badan wadag/jenazah/jasad dari sang Buddha
1.      membungkus dengan 500 balutan kain linen
2.      membungkus dengan 500 balutan kain wol
3.      menempatkan jenasah yang sudah dibalut ke dalam peti pembuluk yang di cat meni
4.      menempatkan jenasah di atas tempat pembakaran jenasah yang dibangun dengan beraneka macam kayu wangi/cendana
5.      membangun stupa bekas tempat pembakaran jenasah/badan wadag sang Buddha.
p.      empat pencapaian istimewa
1.      bhikkhu sangha dapat melenyapkan kekotoran batin selama hidupnya dan mendapatkan kebebasan batin melalui kebijaksanaan
2.      bhikkhu nanda dapat menghancurkan 5 belenggu yang rendah dan mneghancurkan keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir kembali di dunia. Juga upasaka suddata mampu menghancurkan 3 belenggu dan menjadi seseorang yang akan  dilahirkan sekali lagi
3.      upasika sujata dapat menghancurkan 3 belenggu yang rendah dan mneghancurkan keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir di dunia
4.      upasaka kakhuda dapat menghancurkan lima belenggu yang rendah dan menghancurkan keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir lagi di dunia.
q. santapan terakhir dari sang Buddha
RINGKASAN SUTTA PITAKA

MAJHIMA NIKAYA 
MAHAGOVINDA SUTTA (DN, MV:19)
Dibabarkan oleh SB kpd Pancasikha Gandhabba dibukit Gijakuta-Rajagaha, berkenaan tentang cerita Pancasikha tentang kunjungannya kesorga, dimana ia bertemu dengan brahmana Sanankumara yg mengisahkan ttg Mahagovinda. Intinya SB ingat semua cerita Pancasikha dan Beliau menjelaskan bahwa dia sendirilah Mahagovinda tersebut dan Dhamma yang diajarkan dapat membawa seseorang kealam brahma dan kesucian dapat tercapai.

DHAMMADAYADA SUTTA

Dibabarkan             : di Jetavana, arama milik Anathapindika, Savatthi.  Kepada                        :   Para Bhikkhu."

       "Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma (Dhammadayada), bukan pewarisku dalam materi.  Berdasarkan pada kasih sayang pada anda sekalian Saya berpikir: 'Bagaimana para siswaKu menjadi pewarisKu dalam dhamma, bukan pewarisKu dalam materi?' Bilamana anda sekalian adalah pewarisKu dalam materi, bukan pewarisKu dalam Dhamma, anda sekalian akan dicela: 'Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai pewaris dalam Dhamma', dan saya akan dicela: 'Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewarisNya dalam materi, bukan sebagai pewarisNya dalam Dhamma.’ Bilamana anda  sekalian adalah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam materi, anda sekalian tidak akan dicela: 'Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai pewaris dalam Dhamma'; dan saya tidak akan dicela: 'Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewarisNya dalam materi, bukan sebagai pewarisNya dalam Dhamma.’ Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam materi.  Berdasarkan pada kasih sayang untuk anda  sekalian Saya berpikir: 'Bagaimana para siswaKu akan menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan perwarisKu dalam materi?"'

       "Para bhikkhu, misalnya Saya telah makan, tidak makan lagi karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa yang akan dibuang.  Kemudian ada dua orang bhikkhu tiba, lapar dan lemah.  Saya berkata kepada mereka: 'Bhikkhu Saya telah makan, tidak makan lagi, karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa yang akan dibuang.  Makanlah bila anda mau; bila anda tidak makan, maka Saya akan membuangnya ke tempat yang tak berumput atau ke air yang tidak ada binatang'.  Kemudian seorang bhikkhu berpikir: 'Sang Bhagava telah makan, tidak makan lagi, karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa dari Sang Bhagava yang akan dibuang; bila kita tidak memakannya Sang Bhagava akan membuangnya ke tempat yang tak berumput atau ke air yang tidak ada binatang.’ Tetapi Sang Bhgava pernah berkata: 'Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam dhamma, bukan pewarisKu dalam materi,' dalam hal ini makanan adalah salah satu materi.  Kiranya, lebih baik daripada makan makanan itu, saya akan menghabiskan waktu siang dan malam ini dengan lapar dan lemah.' Namun bhikkhu kedua berpikir: 'Sang Bhagava telah makan tidak makan lagi, karena telah kenyang selesai, telah cukup, sesuai dengan apa yang diperlukan, namun ada sisa makanan dari Sang Bhagava yang akan dibuang, bila kita tidak memakannya Sang Bhagava akan membuangnya ke tempat tak berumput atau ke air yang tidak ada binatang’. Sekiranya saya makan makanan ini, maka saya akan menghabiskan waktu siang dan malam ini dengan tanpa lapar dan tidak lemah.' Setelah makan makanan itu, ia menghabiskan siang dan malam tanpa lapar dan lemah.  Walaupun bhikkhu itu makan makanan itu menghabiskan siang dan malam tanpa lapar dan lemah, namun bhikkhu pertama adalah lebih dihormati dan dipuji olehKu.  Mengapa begitu?  Sebab itu akan berlangsung lama bagi keinginannya yang sedikit, puas, mudah dilayani dan bersemangat.  Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam materi.  Berdasarkan pada kasih sayang untuk anda sekalian Saya berpikir: 'Bagaimana para siswaKu akan menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan perwarisKu dalam materi?"'

MAHASIHANDA SUTTA

Dibabarkan di      : di hutan kecil, yang terletak di sebelah barat  kota Vesali.
Kepada                       :

Ketika itu Sunakkhatta Licchaviputta baru saja meninggalkan Dhamma dan Vinaya. Ia membuat pernyataan ini di hadapan kelompok orang  Vesali:  "Petapa Gotama tidak memiliki nilai-nilal yang patut bagi pengetahuan maupun pandangan ariya suci yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa (uttari manussadhamma).  Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran manusia, mengikuti keingintahuannya sendiri sebagaimana yang terjadi pada dirinya, siapa pun yang diajarkan Dhamma demi kepentingannya itu hanya membawa langsung pada penghentian penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakannya, namun tidak untuk hal-hal lainnya.”
A.   Dasa Bala
Sariputa, Tathagata memiliki Dasa Tathagata Bala (Sepuluh Kekuatan Tathagata),
1.Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, yang 'mungkin sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin' (Thana-athana).
2. Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, matangnya kamma (kamma-vipaka) yang dilakukan di masa lampau, di masa mendatang dan masa sekarang, dengan kemungkinan-kemungkinan dan sebab-sebabnya.
 3. Tathagata, mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘ke mana  tujuan semua jalan’ (sabbatthagamani patipada). 
4. Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘dunia ini dengan unsur-unsurnya yang banyak dan berbeda-beda’ (anekadhatu nanadhatu lokam). 
5. Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, bagaimana ‘para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda’ (sattanam nanadimuttikam).
 6. Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘watak dari indera para makhluk lain dan orang-orang lain’ (parasattanam parapuggalam indriyaparopariyattam). 
7. Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘kekotoran-kekotoran batin, cara membersihkan dan timbulnya jhana, kebebasan, pemusatan pikiran dan pencapaian’ (jhana vimokha samadhi samapattinam sankilesam vodanam vutthanam). 
8. Tathagata ‘mengingat banyak kehidupannya yang lampau’,     (pubbenivasanussatinana) yakni, satu kelahiran, dua kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ... lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa kehancuran alam semesta (samvattakappa) dan banyak kappa pembentukan alam semesta (vivattakappa):
9. Tathagata dengan kemampuan Mata Dewa (Dibba Cakkhu) yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa, melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali, rendah atau mulia, baik atau buruk, berkelakuan baik atau buruk; mengerti bagaimana makhluk-makhluk meninggal berdasarkan pada kamma-kamma mereka,
10. Tathagata, pada kehidupan sekarang dengan ‘kemampuan batinnya merealisasi kebebasan batinnya’ (asavakkhayanana), melenyapkan kotoran batin (asava) dengan cara Cetovimutti (pembebasan melalui ketenangan batin) dan Pannavimutti (pembebasan melalui kebijaksanaan). 
B. Cattaro Vesarajja
'Sariputta, Tathagata memiliki Empat Macam Integritas Diri (Cattaro Vesarajja) dengan memilikinya Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Apakah empat Integritas Diri itu?
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara atau dewa brahma di seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Sementara anda menyatakan menemukan penerangan sempurna, tetapi anda tidak menemukan penerangan sempurna dalam dhamma-dhamma ini." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
"Sementara anda menyatakan telah melenyapkan noda-noda batin, tetapi noda-noda batin belum dilenyapkan dari diri anda." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
"Dhamma-dhamma seperti itu yang anda katakan bersifat obstruktif, namun pada kenyataannya tidak bersifat obstruktif bagi mereka yang melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
bagi siapapun yang anda ajarkan Dhamma bagi kepentingannya, hal ini tidak langsung membawa pada lenyapnya penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
C.   Attha Parisa
'Sariputta, ada delapan kelompok (attha parisa).  Apakah delapan kelompok itu?
1.    Kelompok kesatria,
2.    brahmana,
3.    perumah-tangga,
4.    petapa,
5.    dewa
6.    Catummaharajika,
7.    dewa Tavatimsa,
8.    Mara dan
9.    Brahma. 
Dengan memiliki empat Integritas Diri, seorang Tathagata mendekati dan memasuki delapan jenis kelompok ini.
Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok kesatria.  Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka.  Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu.  Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.
D.   Catta Yoni
'Sariputta, ada Empat Cara Kelahiran (Catta Yoni).
1.    Kelahiran melalui telur (andaja yoni),
2.    kandungan (jalabuja yoni),
3.    tempat lembab (samsedaja yoni) dan
4.    kelahiran secara  spontan (opapatika).
E.    Panca Gati dan Nibbana
'Sariputta, ada Lima Alam Tempat Kelahiran (Panca Gati)
1.    Alam neraka (niraya),
2.    binatang (tiracchana),
3.    alam setan (pittivisaya), alam manusia (manussa) serta
4.    dewa (deva). 


MAHASAMAYA SUTTA (DN, MV:20)
Dibabarkan SB kpd para bhikkhu di Mahavana Kapilvatthu berkenaan dengan kunjungan para dewa dari 10.000 tata surya. Pada pertemuan Agung ini para dewa memberikan pujian kepada bhikkhu yang memusatkan pikiran, menjaga indera dan berjalan tanpa noda. Intinya SB memberitahukan uraian nama-nama para dewa pada pertemuan Agung itu dan para dewa menghormati SB dengan mengucapkan syair sebanyak 151 baris.
PAYASI SUTTA (DN, MV:23)
Dibabarkan bhikkhu Kumara kassapa kpd pangeran Payasi di hutan Simsapa, berkenaan dengan pangeran Payasi yang memilki pandangan salah ttg tidak adanya alam kehidupan ini, tidak ada mahkluk yang lahir melalui rahim ibu, tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik maupun buruk. Intinya B. Kumara Kassapa memberikan ajaran kpd P. Payasi dalam bentuk perumpamaan2x ttg 4 alam yaitu Naraka, sorga, tavatimsa dan nibbana. Pada akhirnya P. Payasi yakin sepenuhnya pd Buddha Dhamma dan Sangha dan B. Kumara juga mengajarkan jenis persembahan yang benar dan dilakukan dengan rasa hormat, dilakukan dengan tangannya sendiri, dengan sopan dan bukan seperti membuangnya dan akan menghasilakan pahala yg besar.
MAHASATIPATTHANA SUTTA(DN, MV:22)
Dibabarkan SB kpd para bhikkhu di Kammasadhamma di suku Kuru. Berkenaan dengan perihal mensucikan mahkluk hidup dari derita agar dpt mencapai Nibbana. Intinya
         SB menjelaskan ttg 4 landasan kesadaran (meditasi) yaitu kesadaran badan jasmani, rangsangan indriya, perasaan dan pikiran.
    SB menjelaskjan ttg 4 kesunyataan agar mahkluk hidup berbahagia dan dpt mencapai nibbana.


PATIKA SUTTA (DN, PV:24)
Dibabarkan SB kpd pertapa Bhagavagotta di Anupiya, suku Malla, berkenaan pertanyaan pertapa Sunakhata Liccaviputta yg telah meninggalkan dhamma dan vinaya serta telah mengikuti guru lain, karena SB tidak mau menunjukkan kekuatan batinya dan tidak menerangkan asal mula benda. Intinya terdapat dua hal penting yaitu ttg pertunjukan kemampuan batin dan asal mula segala sesuatu yaitu:
1.      pertunjukkan kemampuan batin:
a.      Pertapa Korakkatiya yg dianggap Sunakkhata sebagai arahat dlm tujuh hari lagi akan meninggal dan terlahir sebagai mahkluk Kalakanja.
b.      Pertapa Kandaramasuka yg terhormat diantara suku vajji bersumpah selama hidupnya sebagai pertapa telanjang tidak makan bubur dan nasi, tidak melewati bahuputta cetiya tetapi tidak lama lagi pertapa tersebut akan mengenakan pakaian dan kawin sepertia apa yg dikatakan SB.
c.       Pertapa Patika terkenal di Vesali dlm pengetahuan, berdebat melebihi kemampuan SB
1.      Asalmula segala sesuatu
Akan tiba  satu saat cepat atau lambat, setelah berakhirnya suatu masa yang lama didunia ini akan hancur dan berevolusi. Ketika hal itu terjadi, umumnya mahkluk2x terlahir kembali dialam Abhassara. Mereka hidup dialam itu dengan kekuatan pikiran, kenikmatan, memancarkan cahaya dari tubuh dan kehidupan ini berlangsung terus dlm keindahan, dlm masa yg lama sekali. Akan tiba pada satu saat cepat atau lambat bumi mulai berevolusi dlm pembentukan kembali, ketika hal ini terjadi alam brahma nampak kosong. Ada sosok mahkluk yg krn masa hidupnya telah habis dan pahalanya ia meninggal dr alam Abhasara terlahir kealam brahma. Dialam ini ia hidup dengan kekuatan pikiran, kenikmatan, memancarkan cahaya dlm keindahan dlm suatu masa yg lam sekali, krn merka tinggal dialam itu terlalu lama & sendirian mk perasaan yg tidak puas& kerinduan muncul dlm diri mereka.

LAKKHANA SUTTA (DN, PV:30)
Dibabarkan SB kpd pr bhikkhu di jetavana, savathi. Berkenaan ttg ke-32 tanda manusia agung (maha purissa) intinya SB menjelaskan bhw ada 2 kemungkinan cara hidup bg manusia yg memilki 32 tanda mc besar yi:(1) jk hidup sbg mc biasa ia akan menjadi raja dunia. (2) jk hidup sbg pertapa mk ia akan menjadi samma sambuddha
Penjelasan dr 32 tanda maha purissa.
1.      telapak kaki rata
         kekuatan masa lampau: terlahir sbg mc yg melakukan perbuatan besar, dermawan, berdisiplin, melaksanakan hari uposatha, menghormati ortu, pr pertapa, pendeta & pemimpin.
         Akibat/hasil jk sbg raja cakkavati: penakluk bukan dgn kekerasan melainkan dgn kesabaran, penguasa dunia sampai batas lautan, kerajaan yg bebas dr penjahat, kuat, sejahtera, bahagia, & bebas dr bencana.
         Akibat/hasil jk sebagai sammasambuddha: tdk dpt ditaklukkan o/ musuh.
2.      telapak kaki terdapat cakra dgn seribu jeruji
         kekuatan masa lampau: terlahir sbg mc yg hidup demi kebahagiaan orla, menghilangkan rasa takut dan teror, menyediakan kebutuhan orng banyak & memberikan perlindungan.
         Akibat/hasil jk sbg raja cakkavati: memiliki byk pengikut, brahmana, penduduk, rakyat, bendahara, pengawal, penjaga, pelayan.
         Akibat/hasil jk sbg samma sambuddha: memiliki byk pengikut, bhikkhu/I, upasaka/ika, dewa dsb.
3.      tumit bagus, jari2x panjang & potongan tubuh agung.
         Kekuatan masa lampau: terlahir sbg mc yg menolak melakukan pembunuhan, hidup dgn baik hati & kasih say, menjalin persahabatan, simpati kpd sma mahkluk hidup.
         Akibat/hasil jk sbg mahkluk cakkavati: ia akan berusia panjang, selam hidupnya tdk akan ada org yg membunuhnya.
         Akibat/hasil sbg samma sambuddha: ia akan berusia panjang, tdk ada lawan bertapa, dewa, mara, brahmana yg dpt membunuhnya.
4.      kemaluan terbungkus selaput
         kekuatan masa lampau terlahir sbg mc yg mempersatukan keluarga, tmn2x, orang yg tlh lama berpisah.
         Akibat/hasil jk sbg raja cakkavati: ia akan mempunyai anak yg byk lebih dr 1000 org
         Akibat/hasil jk sbg samma sambuddha: ia akan mempunyai pengikut yg byk & umumnya mencapai tingkat kesucian.
5.      tangan & kaki halus
         kekuatan masa lampau terlahir sbg mc ia memilki 4 dasar simpatik, dermawan, bicara yg menyenangkan, melakukan perbuatan yg berguna & adil.
         Akibat/hasil jk sbg raja cakkavati:sma pengikutnya brahmana, penduduk, rakyat dan nelayan.
         Akibat/hasil jk sbg samma sambuddha: sma pengikutnya bhikkhu/ni, upasaka/ika teratur baik.



DIGHA NIKAYA

CAKKAVATTI SIHANANDA SUTTA (DN, PV:26)
Dibabarkan SB kpd B. Matula, kerajaan Magadha. Berkenaan Sb memberikan nasehat kpd pr Bhikkhu agar menjadi diri sendiri sebagai pelita, berlindung pd diri sendiri & jangan berlindung kpd orla, hidup dlm dhamma sebagai pelita & dhamma sebagai pelindung & tidak berlindung pd orla. Intinya:
         SB menjelaskan ttg raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral & pemulihannya serta ramalan ttg Buddha Maitreya yg akan datang.
         SB menjelaskan cerita ttg raja dunia yg bernama Dalhaneni, 7 macam permata yg dimilki raja dunia, roda kewajiban maha raja dan pahala berjalan dlm dhamma, terinci sebagai berikut:
a.      7 macam permata raja dunia: Cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala RT, penasehat.
b.      12 roda kewajiban raja dunia: (1)hidup dlm kebenaran (2)berbakti, hormat & bersujud pd kebenaran (3)pujalah kebenaran (4)sucikan diri dgn kebenaran (5)jadikanlan dirimu sebagai panji kebenaran (6)menjaga dgn baik keluarga, rohaniawan & binatang (7)jgn biarkan kejahatan terjadi dikerajaan (8)jadikanlah kebenaran sebagai tamumu (9)memberikan dana kpd orang miskin (10) sll dtng menemui samana (11)mendengarkan dhamma dgn penuh perhatian (12)menghalangi rakyat untuk berbut jahat & agar berbuat baik.
c.       Pahala seorang yg berjalan dlm dhamma (1) usia akan bertambah (2) kecantikan;seseorang bhikkhu melaksanakan patimokkha (3) kebahagiaan;menjauhkan diri dr nafsu & tercapailah jhana (4) kekayaaan;seorang bhikkhu memancarkan catur paramitha keseluruh dunia (5)kekuatan;siswa mampu melenyapkan kekotoran batin shg pd kehidupan skrng dlm keadaan senang.




CAKKHAVATTI SIHANADA SUTTA

AGGANA SUTTA

SIGALOVDA SUTTA (DN, PV:31)
Dibabarkan SB kpd sigala di rajagaha. Berkenaan sigala yg salah mengartikan dlm menyembah ke-6 arah mata angin. Intinya SB menjelaskan ttg kewajiban seorang umat dengan menguraikan bahwa memujua ke-6 arah tsb adlh kewajiban terhadap 6 kelompok org yg hrs dihormati (timur; ortu & anak. Selatan; guru & murid. Brt: istri & anak. Utr; shbt & klrg. Atas; pr brahmana & pertapa. Bawah; pelayan & karyawan).

VANAPATHA SUTTA
Dibabarkan SB kpd para bhikkhu di jetavana, berkenaan dgn kotbah SB pd 4 bhikkhu ttg kehidupan dlm hutan yg sunyi. Intinya menjelaskan bahwa peningkatan batin yg seharusnya dijadikan dasar pertimbangan untuk dijadikan tempat tinggal disuatu tmpt dimapun berada bkn pd pemenuhan kebutuhan hidup. Ada 4 jenis orang bhikkhu yg tinggal dihutan:
a.      jik bhikkhu tinggal dihutan, tp 4 kebutuhan pokok sukar diperoleh penyadaranya tak terbangkitkan mk ia harus meninggalkan hutan tsb.
b.      Jk bhikkhu tinggal dihutan, & kebutuhan pokok mudah diperoleh tp penyadaranya ttg noda batin & pembebasan tdk tertembus mk ia harus meninggalkan hutan tsb.
c.       Jk bhikkhu tinggal dihutan tp 4 kebutuhan pokok sukar diperoleh, penyadaranya terbangkitkan mk ia harus tetap tinggal dihutan tsb.
d.     Jk bhikkhu tinggal dihutan & 4 kebutuhan pokok terpenuhi serta penyadaranya terbangkitakan, mk ia harus tetap tinggal dihutan tsb.

BODHIRAJAKUMARA SUTTA (MN, RAJA VAGGA:108)
Dibabarkan SB kpd P. Bodhi diistana Kokanadha, taman rusa, berkenaan P. bodhi menyuruh brahmana Sanjikaputta untuk menemui SB & menganjakNya makan diistana P. Boddhi serta menyatakan :apakah bebas dr kesulitan, bebas dr penyakit, sehat & kuat?, intinya SB menceritakanmasa2x beliauberkelana mencari penerangan sempurna dari awal menjadi pertapa sampai mencapai penerangan sempurna. SB menjelaskan 5 usaha keras agar dpt mencapai tujuan tertinggi hidup suci, yaitu: 1. Ia memiliki keyakinan kpd penerangan sempurna dr Tatagatha, 2. Ia memiliki daya tahan tubuh terhadap penyakit, 3. Ia tdk curang & pendusta, 4. Ia bersemangat dlm menyingkirkan adhamma dan dengan teguh memajukan dhamma, 5. Ia memiliki pengertian ttg muncul & lenyapnya serta menyelami membimbing pd penghentian penderitaan secara total.

HAKKHINNAVIBHANGA SUTTA (PERCAKAPAN TTG ANALISIS DANA)
Dibabarkan SB ditengah suku sakya, vihara nigrodha dekat kapilavatthu, berkenaan dengan putri maha pajapati gotami yg ingin mempersembahkan jubah yg dipotong & dijahit sendiri kpd SB tetapi oleh SB disarankan untuk didanakan kpd sangha. Intinya :
1.      SB menjelaskan ttg 14 jenis dana yg dibedakan kpd pribadi2x yaitu: Tathagatha (samma sambuddha), Pacceka buddha, arahatta phala, arahatta magga, anagami phala, anagami magga, sakadagami phala, sakadagamai magga, sotapanna phala, sotapanna magga, orang yg sdh lepas/tanpa kemelekatan trhd kesenangan indriawi, orang yg memiliki kebiasaan moral yg baik, orang yg memiliki kebiasaan moral yg buruk, binatang.
2.      SB menjelaskan ttg 7 macam dana untuk sangha: orang yg memberikan dana untuk sangha bhikkhu/ni dengan SB sbg pemimpin, orang yg memberikan dana untuk sangha bhikkhu/ni setelah SB parinibbana, orang yg memberikan dana untuk sangha bhikkhu, orang yg memberikan dana untuk sangha bhikkhuni, orang yg memberikan dana sambil berkata mohon mengirimkan beberapa bhikkhu/ni dr sangha khusus untuk saya, orang yg memberikan dana sambil berkata mohon mengirimkan beberapa bhikkhu dr sangha yg khusus untuk saya, orang yg memberikan dana sambil berkata mohon mengirimkan beberapa bhikkhuni dr sangha yg khusus untuk saya.
3.      SB menjelaskan 4 penyucian karena dana: dana yg disucikan olehpenerima bukan oleh pemberi, dana yg disucikan oleh pemberi bukan oleh penerima, dana yg tidak disucikan oleh pemberi dan penerima, dana yang disucikan olehnpemberi dan penerima.
4.      Syarat2x agar dana memberikan manfaat yg besar: penerima dana memiliki moral yg baik, pemberi dana memiliki moral yg baik, dana didapat dengan cara yg benar, memberi dana dengan pikiran yg baik pada saat sebelum dan sesudah memberi dana.
 
KHUDDAKA NIKAYA

PARABHAVA SUTTA

Tentang 12 kemerosotan moral yaitu
1.    menghindari Dhammma
2.    menyenangi kejahatan
3.    malas, berfoya-foya
4.    tidak menyokong ibu dan ayah
5.    berbohong atau menipu brahmana atau petapa
6.    tidak suka membagi-bagi apa yang telah menjadi miliknya
7.    sombong atas keturunan suku, bangsa, kekayaan, dan merendahkan sanak keluarga.
8.    Asusila, minum-minuman keras, berjudi.
9.    Tidak puas dengan istri sendiri, berhubungan dengan pelacur
10.  Memiliki istri muda
11.  Memuliakan istri serakah yang suka menghambur-hamburkan harta
12.  Memiliki sedikit kekayaan tetapi memiliki banyak keinginan.


0 komentar:

Posting Komentar